Nasional

Bangga Miliki Satgas Covid-19, Kiai Said: Ini Wujud Persaudaraan Kemanusiaan

Kam, 31 Desember 2020 | 07:30 WIB

Bangga Miliki Satgas Covid-19, Kiai Said: Ini Wujud Persaudaraan Kemanusiaan

Relawan NU lakukan edukasi pencegahan Covid-19 di jalanan. (Foto: Satgas NU Peduli Covid-19)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj sangat bangga sekaligus bersyukur memiliki satgas Covid-19. Bagi Kiai Said, ini merupakan wujud ukhuwwah insaniyyah atau persaudaraan kemanusiaan.


Hal tersebut dikatakan Kiai Said dalam Refleksi Akhir Tahun Satgas NU Peduli Covid-19 bersama Ketua Umum PBNU dan Menteri Kesehatan RI yang digelar secara daring, Kamis (31/12).


"Saya bersyukur memiliki tim Satgas Covid-19, ada Sekretaris Satgas H Andi Najmi, tim ahli Bapak Dokter Syahrizal, wabilkhusus Dokter Makki Zamzami, Ketua NU Care-LAZISNU Ustadz Achmad Sudrajat, dan seluruh teman-teman yang tergabung dalam Satgas PBNU," ujar Kiai Said.


Pihaknya mengaku bersyukur sekaligus bangga mempunyai memiliki tim satgas yang telah bekerja keras dalam membantu masyarakat Indonesia dari ancaman pandemic Covid-19. "Ini merupakan amal shaleh amal yang sangat terpuji yang sarat dengan nilai kemanusiaan," tandasnya.


Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini kemudian mengutip sebuah hadits Rasulullah SAW yang artinya, "Bukan termasuk umatku kalau tidak peduli sesama."


Dengan demikian, lanjut Kiai Said, setiap ada hal yang menimpa saudara kita, misalkan kelaparan, sakit, kecelakaan, kita harus peduli. "Jangan sampai kita berpikir katakanlah bukan tugasnya, saya ustadz masa mau membantu kecelakaan, atau mau membantu orang yang kena covid-19, misalnya," tutur Kiai Said.


Menurut doktor jebolan Universitas Ummul Quro Makkah ini, jika sudah dalam keadaan darurat maka tidak ada pembagian berdasarkan profesi. Semua sama dalam hal kewajiban membantu sesama warga bangsa.


"Apalagi sesama umat Islam harus saling peduli, saling gotong-royong, saling membantu. Barangsiapa di dunia ini melakukan seperti itu insya Allah di hari kiamat nanti Allah akan menolongnya. Allah akan menerima amalnya dan menjauhkan dari siksa-Nya. Insyaallah semua amal kita diterima oleh Allah nanti di akhirat, dan kita akan menjadi hamba-Nya yang disayangi oleh Allah," terang Kiai Said.


Kiai asal Kempek Cirebon ini menambahkan, wabah Covid-19 ini merupakan ujian yang diberikan Allah kepada umat manusia. Sebab, sekarang ini merupakan zaman yang berat, yang menantang supaya manusia tidak sombong.


"Di era sekarang ini, manusia secara umum sedang mencapai puncak kesombongan karena tercapainya teknologi IT. Dengan adanya kemajuan digital, medsos, misalnya WhatsApp dan seterusnya, ini manusia puncaknya kesombongan kita. Jadi, yang beriman saja kadang bergeser sedikit iman kita kepada Allah. Semua mengandalkan kecanggihan HP, laptop, iPad yang kita miliki," sindirnya.


Seakan-akan, lanjut Kiai Said, segala masalah dari A sampai Z bisa diatasi orang menggunakan teknologi. Ini merupakan puncak kesombongan manusia di era revolusi industri 4.0 ini. "Maka Allah memberi cobaan dengan ujian virus Corona yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata dengan alat yang membesarkan berkali-kali lipat untuk bisa melihatnya," tandasnya.


Iman jangan bergeser 
Menurut Kiai Said, sebagai orang mukmin kita tidak boleh takut, tidak boleh minder, tidak boleh bergeser iman kita kepada Allah sedikit pun. "Jika ada rasa takut sedikit, itu wajar. Manusiawi. Kita gugup, kita takut, kita minder, kita kadang-kadang waswas melihat banyak yang sakit, wabah semakin memuncak, itu wajar adanya," tandas Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Sunan Ampel Surabaya ini. 


Manusia, kata Kiai Said, selain sedikit rasa takut juga akan diuji berupa sedikit kelaparan yang mengancam. Sebab, krisis pangan dan krisis ekonomi terjadi akibat pandemi Covid-19 ini.  Bahkan, ahli ekonomi menyebut tahun 2021 kita mengalami kesulitan yang sangat luar biasa karena pandemi pada 2020.


"Ujian lain berupa banyaknya saudara kita yang wafat akibat Covid-19 ini. Dari warga Nahdliyin, para kiai, bu nyai, atau pengurus pesantren sudah 324 yang wafat. Itu luar biasa. Allah menghendaki kita harus sabar," urainya.


Ujian dari Allah lainnya, kata Kiai Said, juga menyasar soal pangan. Misalnya, padi banyak yang gagal panen. Buah-buahan langka. Makanan langka. Ini merupakan ujian dari Allah. Tapi, bagi orang-orang mukmin, terutama warga NU, jadilah kira orang-orang yang sabar. Semua itu akan jadi berita gembira bagi orang-orang yang sabar. Orang sabar harus selalu melihatnya dengan sikap gembira, sikap optimis.


"Jika penuh harap kepada Allah, niscaya punya masa depan yang optimis. Kita tidak boleh putus asa dan tidak berkecil hati. Insya Allah, Allah sayang sama kita orang-orang yang alladzina idza ashobathum musibah, yaitu orang-orang yang tidak lain hanya berpasrah kepada Allah yang mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun," imbuh Kiai Said. 


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan