Nasional

KLHK Siap Bantu NU dalam Pengeloaan Sampah

NU Online  ·  Senin, 26 September 2016 | 12:30 WIB

KLHK Siap Bantu NU dalam Pengeloaan Sampah

Dirjen PSLB3 Tuti Hendrawati Mintarsih (kanan) dalam peresmian Gerakan Nusantara Bebas Sampah 2020 secara simbolik

Jakarta, NU Online
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Tuti Hendrawati Mintarsih menyampaikan apresiasi kepada Nahdlatul Ulama (NU) yang telah mengampanyekan Gerakan Nusantara Bebas Sampah 2020.

Menurutnya, sebagai organisasi Islam terbesar, kesuksesan program NU punya pengaruh besar pada warga Indonesia secara umum karena merupakan mayoritas. Tuti yakin, jika umat Islam di Tanah Air bersama-sama menaruh kepedulian terhadap masalah sampah, target Indonesia bersih tahun 2020 akan tercapai.

“Sampah jangan dilihat sebagai sampah. Sampah bisa didaur ulang untuk kebutuhan masyarakat,” paparnya saat memberi kata sambutan pada acara peluncuran Gerakan Nusantara Bebas Sampah 2020 yang dimotori Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) di halaman kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (26/9).

Tuti secara terbuka juga menyatakan siap menjadi mitra NU di bidang pengelolaan sampah. “KLHK siap membantu, baik alat pencacah sampah atau lainnya,” tuturnya.

Sebelumnya Ketua LPBINU M Ali Yusuf mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbanyak nomor dua di dunia setelah China. Dari total sampah yang ada, sekitar 15 persen adalah berupa plastik.

Acara peluncuran ini terdiri dari rangkaian kegiatan lain seperti pelatihan klinik pengolahan sampah organik, pelatihan klinik produk daur ulang (pengelolaan sampah nonorganik), peresmian kantor Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBINU, dan lokakarya pengelolaan sampah dengan metode ecobrick.

Dalam pengenalan pengelolaan sampah dengan metode ecobrick LPBINU mendatangkan Russel Maier dari Kanada. Ecobrick merupakan program daur ulang sampah plastik berupa bekas botol minuman mineral untuk menjadi semacam “batu bata”. Kumpulan botol yang dijejali sampah-sampah plastik ini lantas dibentuk dan dimanfaatkan menjadi sejumlah barang, seperti furnitur, pagar taman, dinding, panggung, dan lain-lain.

Pemberdayaan sampah plastik lewat metode ecobrick merupakan kelanjutan dari program LPBINU sebelumnya, Gerakan Ubah Sampah Jadi Berkah, yang memanfaatkan barang-barang bekas menjadi berbagai macam benda kerajinan, seperti lukisan, tas, ornamen, pot bunga, dan lain-lain. (Mahbib)