Nasional

Kisah Hercules, Mantan Preman Tanah Abang Penyayang Kaum Dhuafa

Sab, 25 September 2021 | 04:00 WIB

Kisah Hercules, Mantan Preman Tanah Abang Penyayang Kaum Dhuafa

Hercules saat tampil bersama Gus Ipang Wahid. (Foto: Tangkapan layar FB Ipang Wahid)

Jakarta, NU Online
Setelah keluar dari penjara terkait kasus penyerobotan lahan, Hercules Rosario Marshal mulai menata hidupnya. Ia meninggalkan dunia hitam sebagai preman. Kini, selain menekuni bisnis, ia bertekad membesarkan ormas yang didirikannya, Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIP), yang bergerak di bidang sosial.


Kesaksian tentang perubahan Hercules diceritakan juga oleh Gus Ipang Wahid atau Irfan Asy'ari Sudirman Wahid di akun instagram pribadinya @ipangwahid, Jumat (24/9/2021). Ipang juga sempat menceritakan sosok Hercules pada 2 September 2021 lalu.


“Mendengar kisah Ketua Umum GRIB yang anggotanya 1,4 juta orang itu seperti menonton film,” jelas Ipang.


Hercules dan kelompoknya sudah malang melintang di kawasan Tanah Abang Jakarta Pusat sejak 1980-an. Sebelumnya, ia datang ke Jakarta dari Timor Timor untuk berobat. Namun, karena tidak betah, ia memilih hidup di Tanah Abang.
 

Baca juga: Hercules Taubat dan Kedekatannya dengan Gus Miftah


Hercules dikenal sebagai sosok pemberani dan tidak takut mati. Berbagai pertempuran dilakukannya untuk menjaga harga diri dan wilayahnya.


“Yang saya ingin ceritakan adalah, ternyata Bung Hercules ini memiliki jiwa kepedulian sosial yang sangat tinggi. Apalagi sejak beliau bertobat dan memilih jalan agama,” beber cicit Hadratusy Syekh KH M Hasyim Asy'ari ini.


Gus Ipang juga mengaku kagum dengan cara hidup Hercules saat ini. Hercules banyak terlibat dalam kegiatan sosial seperti membangun masjid dan membantu pedagang kecil. Hercules juga giat beribadah, puasa, dan berbagi dengan kaum dhuafa.


“Banyak yang tidak terbayangkan. Inilah yang menginspirasi saya. Membangun banyak masjid tanpa koar-koar. Memberi makan fakir miskin tanpa pemberitaan. Apalagi mimpinya membantu para pedagang kecil dan UMKM. Jadi makin tambah malu saja saya,” imbuh Gus Ipang.


Titik balik
Sementara itu, Hercules menceritakan titik balik dalam hidupnya karena ia merasa umur seseorang tidaklah panjang. Ia memiliki keyakinan bahwa sehebat-hebatnya seseorang suatu hari akan mati juga. 


“Presiden akan mati, menteri akan mati juga, preman bakal mati, ustadz juga akan mati. Tinggal menunggu waktu. Maka perlu persiapan," tandas Hercules.


Bagi Hercules, selama ini banyak orang melihat dirinya dari satu sisi saja, sebagai preman. Lupa pada kebaikan yang ia berikan kepada masyarakat luas. Padahal kasus yang menjeratnya ada yang direkayasa seperti kasus pemerasan. Ternyata korban yang ditampilkan saat pengadilan digelar tidak kenal Hercules.


Untuk itu, agar putra-putrinya tidak mengalami hal yang sama, Hercules mengirimkan anak-anaknya ke luar negeri untuk belajar yang serius.


“Saya usaha perkapalan, pertanian, pasar, bekerja di perusahaan. Menyekolahkan anak, yang pertama perempuan di Canberra, kedua lelaki di California Amerika Serikat dan terakhir perempuan di Melbourne Australia,” tegasnya.


Hercules juga dekat dengan sosok tokoh muda Nahdlatul Ulama, yaitu Gus Miftah. Ia sering mengundang Gus Miftah ke rumahnya. Seperti saat santunan 4000 ribu anak yatim.


“Hidup mati ada di tangan Allah. Titik balik ini supaya apa yang selama ini saya jalani di dunia hitam bisa diampuni. Allah sudah memberikan kesempatan untuk hal itu," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Musthofa Asrori