Nasional

Kiai Tarekat Bahas Proyek Arab Saudi

NU Online  ·  Selasa, 7 Januari 2014 | 02:06 WIB

Malang, NU Online
Para kiai tarekat mulai merespon kebijakan-kebijakan pemerintah Arab Saudi terkait renovasi Masjidil Haram dan Masjid An-Nabawi serta perluasannya. Akibat dari renovasi yang dilakukan itu adalah digusurnya tempat-tempat bersejarah umat Islam dan berubahnya sanana ibadah haji dan umrah.<>

Para kiai dan pengamal tarekat yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah membahas mengenai kebijakan-kebijakan di negara Hejaz itu dalam rapat koordinasi persiapan bahan kajian Musyawarah Nasional, Senin (6/1) di Pondok Pesantren Al-Hidayah Donowarih Karangploso Malang.

Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan Arab Saudi yang dibahas dalam rapat Idaroh Aliyah adalah pelestarian situs-situs sejarah Islam yang berkaitan dengan Nabi dan Sahabatnya.

Disinyalir situs-situs itu akan dimusnahkan. Juga masalah tempat thawaf (ma’thaf) dan sa’i (mas’a) yang rencannya akan diganti dengan lantai bergerak (eskalator). Sehingga meskipun harus mengelilingi Ka’bah dan berjalan dari Shafa-Marwa para peziarah haji tidak perlu berjalan. Jatman akan membahas hukumnya dalam Munas Kaltim nanti.

Isu lainnya mengenai rencana pembuatan Hidrolift untuk Maqam Ibarahim oleh pemerintah Saudi. Dimana dengan dipasangnya hidralif maka Maqam Ibrahim bisa disimpan di dalam tanah jika dikehendaki dan bisa dimunculkan kembali ke permukaan pada saat musim haji. Dalam masalah ini Jatman akan menentukan sikap.

“Kalau mengenai tempat thawaf dan Sa’i selama ini kami hanya mendengar bahwa itu sekedar wacana. Akan tetapi masalah Maqam Ibrahim katanya dalam waktu dekat ini akan direalisasikan,” kata seorang Kiai utusan dari Probolinggo.

"Kami sudah meneliti masalah ini bersama Gus Yusuf kemarin lalu. Dan informasi yang kami dapatkan adalah bahwa ini adalah politik Pemerintah Saudi untuk menghilangkan Maqam Ibrahim supaya tidak ada orang ziarah kesana. Jangan-jangan setelah disimpan dalam tanah akan dikunci dan tidak akan dikembalikan,” tambah sang Kiai.

Oleh karen itu, rapat menghasilkan keputusan bahwa semua yang dihasilkan dalam Munas nanti yang berkaitan dengan Pemerintah Arab Saudi akan dikirim utusan untuk menyampaikannya.

“Kita yakin bahwa Raja Saudi akan mempertimbangkan aspirasi kita untuk menentukan kebijakannya,” kata Kiai Zaenal Pimpinan rapat. (Ahmad Nur Kholis/Anam)