Nasional

Kiai Said: Nabi Diperintah Membangun Umat Modern

NU Online  ·  Senin, 19 Maret 2018 | 04:30 WIB

Medan, NU Online
Peserta Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama se-Sumatera Utara mendapat kejutan istimewa. Hadir langsung di di akhir forum tersebut, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. 

Di hadapan 136 peserta madrasah kader, Kiai Said menjelaskan makna penting membangun ummatan wasathan. Dalam pandangannya, ummatan wasathan bukan semata umat yang moderat Melainkan juga umat yang modern. Umat yang berdiri di atas konstitusi. Umat yang seimbang antara dua kutub ekstrem, kanan dan kiri.

"Nabi tidak diperintah membangun umat Islam, tapi umat modern. Ummatan wasathan, bukan ummatan islamiyyan, bukan ummatan arabiyyan," jelas Kiai Said di Balai Diklat Keagamaan Kemenag  Provinsi Sumatera Utara, Ahad (18/3).
 
Apa gambaran umat modern itu? Kiai Said mengatakan, umat modern  sistem sosialnya bercirikan citizenship. Di dalamnya bisa ada Arab dan non Arab, ada Muslim dan non Muslim. 

Dalam struktur kewargaan model citizenship ini, tidak boleh ada permusuhan kecuali pada yang melanggar hukum. "Barangsiapa membunuh non Muslim, nanti di akhirat berhadapan dengan saya. Barangsiapa berhadapan dengan saya, tidak akan mencium baunya surga," kata Kiai Said mengutip sebuah Hadits Bukhari.

Dengan penjelasan lain, ciri masyarakat modern, imbuhnya, adalah yang menerapkan tiga konsep persaudaraan. Yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah wathaiyah. “Islam wasathan itu Islam yang mutamaddin, moderat, Islam yang maju," urainya.

Pada bagian lain, Kiai Said juga menjelaskan pengaruh kuat Imam Syafii, Imam Ghazali, dan Imam Madzhahibil Arba'ah  dalam membangun konstruksi pemikiran keagamaan Islam yang moderat. Termasuk bagaimana mempertemukan jalan pikir hakikat dan syariat.

"Hakikat itu ibarat pondasi, syariat bagaikan atapnya. Tembok yang mengelilinginya bernama akhlak," jelas Kiai Said.

MKNU angkatan ke-33 di Sumatera Utara mendapat apresiasi Ketua Umum PBNU. Sebab diikuti berbagai latar belakang profesi. Tak kurang Bupati Deli Serdang, Rektor UIN SU, dua profesor, puluhan doktor, dan birokrat tercatat menjadi peserta penuh MKNU. 

Dari total 136 peserta, tim instruktur MKNU meluluskan 110 peserta, dengan menangguhkan 5 diantaranya. (Red: Ibnu Nawawi)