Nasional

Kiai Said : Kezaliman Jika Peran Cendekiawan Muslim Tidak Diakui

NU Online  ·  Sabtu, 31 Maret 2018 | 01:00 WIB

Kulonprogo, NU Online
Islam memiliki andil besar dalam membangun peradaban dunia. Sayangnya, ini jarang disebut di perguruan tinggi umum di Indonesia. Tentu ini merupakan kezaliman dalam pendidikan, karena tidak menyebut peran para cendekiawan muslim. Padahal di Barat, siapapun orientalis ketika membahas kemajuan peradaban, pasti menyebut Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Ghazali, dan lain-lain.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Aqil Siroj di acara Pencanangan Pembangunan Rumah Sakit NU Kulonprogo, Jum’at (30/3).  

“Ketika Khalifah Mu’awiyah sakit, mencari dokter ndak ada, adanya dukun. Maka terpaksa memanggil dokter non-muslim, namanya Sarjius, dipanggil sebagai dokter istana, tinggal di istana. Dokter Sarjius mendapat putra namanya Yahya atau terkenal dengan Yahya ad-Dimasqi, beliau mengucilkan diri di Palestina, mendirikan ma’had ilmu kalam,” tutur Kiai Said.

Kemudian, lanjut Kiai Said, Bani Abbasiyah menang mengalahkan Bani Umayyah. Raja pertama mereka adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Lalu diganti Abu Ja’far Al-Mansur yang membangun Ibu Kota di Baghdad. 

Suatu ketika Khalifah Al-Mansur sakit perut, tidak ada dokter muslim. Adanya Jirjis, dokter beragama Zoroaster dari Persia. Diperintah oleh Khalifah untuk membangun rumah sakit pertama di Baghdad, bernama Bimaristan.

“Barulah Islam mengenal ilmu kedokteran, buku-buku kedokteran diterjemahkan atas perintah khalifah Al-Makmun. Kemudian memperluas Baitul Hikmah, menerjemahkan semua ilmu pengetahuan, dari Romawi, Yunani, dan peradaban lain, diambil oleh para khalifah. Jadilah bangunan peradaban Islam yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan,” lanjutnya.

Dalam perkembangan berikutnya, banyak penerjemah non-muslim yang menerjemah buku dari bahasa Yunani, Persia, dan sebagainya. Mereka mendapat gaji besar. Dari situlah melahirkan dokter-dokter muslim. Dokter muslim pertama yang terkenal karena mampu mengobati cacar, yakni Muhammad Abu Bakar Ar-Razi dengan bukunya al-haawi, yang sampai sekarang  ada di Sorbonne, Prancis.

“Kemudian lahir Ibnu Sina dengan karyanya Al-Qonun, dan sebagainya. Muncul Jabir bin Hayyan menciptakan ilmu Al-Jabar. Ada lagi ilmuan menyelidiki peredaran darah, yakni Abdurrahman bin Nafis. Ilmuwan penemu navigasi Ahmad bin Majid. Orang pertama kali meneliti astronomi Abdurrahman bin Khauqol. Yang pertama membuat peta Abdullah Al-Idrisi. Menciptakan alat musik seperti organ Abun Nasr Al-Farabi dengan karyanya Al-Musiqol Kubro,” pungas Kiai Said. (Muiz)