Nasional

Kiai Said: Jika Digali, Khazanah Islam Takkan Selesai Hingga Kiamat

Rab, 7 April 2021 | 08:05 WIB

Kiai Said: Jika Digali, Khazanah Islam Takkan Selesai Hingga Kiamat

Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online/Fathoni)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyambut baik terselenggaranya Forum Afkar 2021 yang diselenggarakan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU selama dua hari pada Rabu-Kamis, 7-8 April 2021. 


Forum tersebut dinyatakan dapat membangkitkan gerakan intelektual kaum muda NU yang selama ini sunyi, sepi, dan cenderung vakum. Padahal menurut Kiai Said, terdapat sangat banyak khazanah Islam yang bisa digali dan tidak akan pernah selesai hingga hari kiamat.


“Kalau kita mau, khazanah Islam saja digali sampai hari kiamat tidak akan selesai. Misalkan kita bahas satu orang saja, Imam Ghazali. Ghazali sebagai mutakallim seperti apa, sikap terhadap muktazilah, sikapnya terhadap falasifah, dan sikapnya terhadap asy’ariyah, jabariyah, khawarij,” ucap Kiai Said dalam Pembukaan Forum Afkar 2021, pada Rabu (7/4) pagi.


Selain itu, bisa pula dibahas dan dikaji sosok Imam Ghazali sebagai ahli fiqih. Sebagai ulama bermadzhab Syafi'i, misalnya, bagaimana sikap Ghazali terhadap madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali.


“(Dan bisa dibahas) kenapa beliau (Imam Ghazali) menulis Al-Wajiz, Al-Wasith, dan Al-Basith. Kemudian Imam Ghazali sebagai ahli ushul fiqh, beliau menulis Al-Mustasyfa dan Al-Mar’u fi Ilmi Ushul. Perbandingan antara ushul fiqih Imam Ghazali dengan Imam Haramain, itu saja digali sampai hari kiamat tidak akan selesai,” terang Kiai Said.


Belum lagi jika berkenan menggali atau mengkaji sosok Imam Ghazali sebagai seorang filosof. Menurut Kiai Said, Imam Ghazali tidak anti-filsafat karena menerima filsafat Neo-Platonisme. Namun, Imam Ghazali anti kepada Aristoteles. 


“Beliau hanya menolak kausal. Menolak Aristoteles yang sangat fanatik terhadap kausalitas itu. Jadi, Imam Ghazali menolak hukum kausalitas itu. Tapi secara umum, beliau menerima filsafat. Terutama filsafat Neo-Platonisme dan Pythagoras. Banyak sekali kutipan-kutipan di Ihya Ulumiddin itu beliau (Imam Ghazali) ambil dari (Pythagoras dan Neo-Platonisme) itu,” jelas Kiai Said.


Selain Imam Ghazali, sosok lain yang bisa dikaji dan tidak akan selesai hingga hari kiamat menurut Kiai Said adalah Ibnu Arabi. Misalnya saja dibahas makna khayal (imajinasi) dan keraguan menurut Ibnu Arabi yang berbeda dengan ulama-ulama lain. Bahkan Syu’ab Al-Hakim di Lebanon menulis satu ensiklopedia besar yang khusus untuk menerjemahkan berbagai istilah yang dimiliki Ibnu Arabi. 


“Jadi tidak ada alasan gerakan intelektual kita sepi, itu tidak ada alasan. Mudah-mudahan Forum Afkar 2021 ini bisa mendorong gerakan intelektual kita warga NU, terutama generasi muda NU,” tegas Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan ini.


Di samping itu, tambah Kiai Said, Forum Afkar dapat menjaga dan mengawal kualitas gerakan Tashwirul Afkar yang pernah masif ketika KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi pemimpin NU. Gerakan pemikiran yang dinamai Tashwirul Afkar juga digagas oleh para kiai pesantren pada 10 tahun sebelum NU dideklarasikan. 


“Karena itu, harus kita jaga kualitasnya. Bahkan kita tingkatkan dan dorong lebih berkualitas lagi daripada yang sekarang. Ini membutuhkan upaya-upaya yang serius dari semua pihak, terutama dari para penulisnya,” ujar Kiai Said.


Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad menjelaskan bahwa gelaran Forum Afkar 2021 ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Lahir ke-36 Lakpesdam. Pada 6 April 1985, Lakpesdam pertama kali menerima SK dari PBNU yang ketika itu masih bernama lajnah.


“Jadi 6 April itu sekaligus kita tetapkan sebagai hari lahir Lakpesdam. Itu artinya selama 36 tahun, Lakpesdam sudah berkiprah melakukan berbagai macam ikhtiar untuk melakukan kajian-kajian isu strategis, pendampingan masyarakat, dan juga mendinamisasi pengembangan SDM di lingkungan NU,” terang Rumadi.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad