Pontianak, NU Online
Dalam pandangan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Abdul Manan Abdul Ghani, syarat menjadi muharrik atau penggerak masjid, salah satunya harus paham masalah NU. Hal tersebut menjadi semakin penting apalagi yang menyangkut pemahaman tentang keagamaan, sosial dan kemasyarakatan.
Hal tersebut disampaikan Kiai Manan, sapaan akrabnya pada kegiatan Rapat Pimpinan dan Training of Trainer Muharrik Masjid dan Dakwah Nahdlatul Ulama se-Kalimantan Barat (Kalbar) di Aula Multazam Asrama Haji Kota Pontianak, Jumat (6/4).
“Syarat jadi muharrik ya harus paham dengan NU, khususnya pemahaman NU tentang keagamaan, sosial dan kemasyarakatan,” katanya di hadapan utusan Pengurus Cabang, Pengurus Wilayah NU dan takmis masjid se-Kalbar.
Dirinya juga menjelaskan bahwa NU harus bisa memakmurkan dan mengisi masjid karena silsilah keilmuan jelas. “Yaitu dari KH Hasyim Asyari yang sanadnya sampai ke Rasulullah SAW,” ungkapnya. Selain itu NU didirikan para ulama yang memiliki otoritas atau derajat yang tinggi karena merupakan pewaris para nabi, lanjutnya.
Pada kegiatan yang mengambil tema Peran Takmir Masjid dan Khatib dalam Menebarkan Islam Damai serta Menangkal Politisasi Isu Sara tersebut, Kiai Manan berharap nahdliyin aktif di kepengurusan takmir dan khatib masjid.
“Para nabi mewarikan ilmu, para ulama mendapatkan warisan itu dengan mempelajari ilmu yang diwariskan para nabi,” jelasnya. Sehingga, ulama adalah penerus ulama sebelumnya, lanjutnya.
Kiai Manan mengingatkan pentingnya warga NU untuk berperan aktif di kepengurusan masjid dan masuk jaringan khatib. “Karena NU mengikuti paham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Aswaja berdiri di atas kebenaran. Demikian pula ajaranya penuh kedamaian,” ungkapnya.
Bahkan hal tersebut diakui berbagai kalangan tidak hanya di dalam negeri, bahkawasan kawasan Timur Tengah sekalipun. “Tidak heran banyak negara di Timur Tengah yang berkeinginan belajar Islam yang damai kepada NU lantaran kita Ahlussunnah Waljama’ah,” tegasnya.
Di hadapan ratusan peserta, Kiai Manan menjelaskan bahwa masjid merupakan bangunan pertama yang berdiri di atas bumi, yaitu masjidil haram yang dibangun para malaikat. “Rasulullah juga berhijrah dari masjid ke masjid,” katanya.
Hal tersebut tidak lain lantaran masjid sebagai pusat peradaban. “Masjid merupakan pusat peradapan, karenanya penting bagi warga NU untuk mengaktualisasikan masjid sebagai benteng NKRI, demi terciptanya Islam damai, dan tentunya untuk menangkal politisasi isu SARA, agar tidak terjadi perpecahan,” urainya.
Dalam kesempatan tersebut dirinya memaparkan bahwa di Indonesia kurang lebih ada 1 juta masjid yang kebanyakan dibangun NU. “Untuk itu warga NU perlu untuk memakmurkan masjid,” katanya.
Secara lebih jauh, Kiai Manan juga menjelaskan betapa takmir dan khatib memiliki peran strategis dalam menyampaikan pesan Islam sejuk kepada umat dan jamaah. “Takmir dan khatib sangat berpengaruh demi mewujudnya kedamaian dan menangkal berita hoaks maupun politisati isu SARA,” ungkapnya.
Di akhir paparannya, ia mengingatkan bahwa semakin banyak warga dan tokoh NU berkiprah di masjid, maka akan kian tersebar Islam ramah di seluruh penjuru Tanah Air. “Jika warga NU berhasil mewujudkan hal itu, maka Indonesai akan sentosa dan damai, sehingga kita bisa fokus beribadah kepada Allah,” tandasnya. (Maulida/Ibnu Nawawi )