Nasional

Kiai Husein Muhammad Paparkan Tiga Cara Dakwah menurut Al-Qur’an

Jum, 11 September 2020 | 07:30 WIB

Kiai Husein Muhammad Paparkan Tiga Cara Dakwah menurut Al-Qur’an

KH Husein Muhammad. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengasung Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, KH Husein Muhammad, memiliki pandangan tersendiri mengenai cara berdakwah. Saat berdakwah, kata dia, setidaknya ada tiga cara yang harus dijalankan seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an.


“Pertama adalah hikmah, yaitu dengan ilmu pengetahuan serta kebijaksanaan,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam halaqah virtual bertema ‘Dakwah di Media Sosial dan Penguatan Literasi Pesantren’ yang diselenggarakan Pusat Studi Pesantren (PSP), Kamis (10/9).


Menurut Kiai Husen, dengan menggali pengetahuan maka akan muncul hikmah atau kebijaksanaan. Dengan hikmah, kita dapat menggali tujuan yang terkandung dalam materi yang disampaikan dalam berdakwah.


Kedua, lanjut dia, dengan mauidhah hasanah atau tutur kata dan nasihat yang baik. Bukan dengan pemaksaan dan keburukan lainnya. Ia mengaku gelisah terhadap situasi di mana-mana yang menyampaikan gagasan dengan indoktrinal, cara kasar, menyalahkan orang lain, mencaci-maki, serta menyesatkan.


“Itu semua tidak termasuk mauidhatil hasanah meskipun menggunakan teks-teks keagamaan,” tegas Buya Husein, sapaan akrabnya.


Ia menambahkan, syariat adalah aturan Tuhan yang bijaksana, serta mengutamakan kemaslahatan hamba. Sehingga, jika muncul permasalahan yang telah keluar dari keadilan menjadi tidak adil. Dari kebaikan menjadi kerusakan.


“Dari ramah menjadi marah. Dari kasih sayang menjadi kekerasan. Dari kebajikan menjadi sia-sia. Itu berarti bukan aturan agama. Meskipun direkayasa dengan teks-teks. Karena mauidhah itu harus mengarah pada pencerahan,” terangnya.


Cara ketiga menurut Buya Husein adalah dialog. Bukan dengan emosi dan kekerasan serta kemarahan. Karena dengan demikian akan sia-sia. “Jangan bicara kepada orang yang sedang marah. Sebab, bicara kepada mereka ini kalian tidak akan menemukan kejujuran dan kebeningan pikiran,” tandasnya.


Sebab, lanjut dia, emosi hanya akan menguasai akal sehat manusia. Oleh karena itu, proses pencerahan dan sosialisasi pengetahuan yang mengarah pada kemaslahatan harus dilakukan dengan cara yang baik.


Buya Husein menambahkan, betapa pentingnya menulis dan berbicara di ruang publik dengan mengedepankan logika. “Tidak hanya berhenti pada logika menjawab bagaimana dan mengapa. Namun, juga mencari untuk apa sebuah pernyataan itu diajukan,” terangnya.


Menurut Buya, dakwah harus berujung pada cita agama, yaitu nilai universal. Sehingga saat menulis, berbicara, atau menyampaikan pandangan harus mengarahkan publik pada cita-cita tersebut.


Ia juga berpesan kepada para da'i untuk terus melakukan perubahan setiap harinya. “Hari ini adalah masa depanmu. Karena itu, menanamlah hari ini dengan baik. Jangan biarkan harimu pergi tanpa membaca dan menulis. Karena itulah cahaya pengetahuan,” pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori