Rembang, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Tolchah Hasan mengatakan, sekarang umat Islam sedang mengalami ketakutan dan kelaparan.
“Dunia (Islam) di sekitar kita banyak yang memprihatinkan,” kata Kiai Tolchah saat memberikan masukan dalam acara Silaturahim Nasional Alim Ulama di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Kamis (16/3).
Mengutip data yang dirilis Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), Kiai Tolchah memaparkan, ada lima negara yang paling tidak aman dan tidak ada kedamaian di dunia ini. “Kelima negara tersebut berpenduduk mayoritas Islam yaitu, Syria, Irak, Afganistan, Yaman, dan Somalia,” jelasnya.
Mantan Menteri Agama pada Kabinet Persatuan Nasional itu menilai, konflik dan perang saudara terus menerus terjadi di lima negara Islam tersebut sehingga menyebabkan ketidakamanan.
“Tiga puluh ribu orang (Islam) yang dibunuh oleh orang Islam sendiri (di negara Timur Tengah, khususnya lima negara tersebut),” cetusnya.
Selain itu, imbuh dia, ada tiga puluh juta umat Islam yang mengungsi ke negara-negara Barat. “Itu sangat menyedihkan,” kata kiai bergelar Profesor ini.
Data terbaru, lanjut Kiai Tolchah, menyebutkan, ada empat negara yang penduduknya mengalamim ancaman kematian karena kelaparan. “Somalia, Sudan Selatan, Nigeria, Yaman. Lagi-lagi negara (yang berpenduduk mayoritas) Islam,” tutur Mantan Rektor Universitas Islam Malang itu.
Lantas, ia menghubungkan negara-negara Timur Tengah tersebut dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya juga Islam, namun tidak mengalami hal yang menimpa sesama negara Islam. “Kita bertanya-tanya. Sama-sama Islam (dengan nagara Indonesia) kenapa negara Arab dan Afrika begitu?” lanjutnya.
Ia menilai, selain karena faktor pendidikan dan peran pimpinan negara, ada perbedaan cara pandang antara Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah yang mengalami krisis tak berkesudahan tersebut terkait dengan Islam dan cinta tanah air.
“Mereka (negara-negara Timur Tengah tersebut) cinta agama Islam, tapi sayangnya mereka kurang cinta dengan bangsanya. Sehingga terjadi gejolak yang tak kunjung selesai,” jelasnya.
Sementara di Indonesia, kiai kelahiran Tuban itu menilai, penduduknya cinta agama dan juga cinta negara. “Itu yang paling banyak dilakukan NU,” paparnya.
Meski demikian, ia mengatakan, di Indonesia bukan berarti tidak ada konflik. “Namun itu tidak sampai pada konflik yang berkepanjangan,” katanya.
Ia berharap, NU bisa menjadi organisasi yang kuat, berwibawa, dan mempengaruhi umat Islam Indonesia. “Semoga apa yang dikembangkan NU ini bisa kita jaga,” pungkasnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)