Nasional

KH Malik Madany: Teruskan Perjuangan Kiai Warsun

NU Online  ·  Jumat, 19 April 2013 | 07:55 WIB

Yogyakarta, NU Online
Katib Aam PBNU KH Malik Madani menyampaikan Kiai Warsun merupakan kader Nahdlatul Ulama yang sangat berjasa, yang aktif sejak muda, mulai dari IPNU, Ansor hingga tercatat sebagai Mustasyar PBNU. 
<>
“Keluarga besar warga Nahdliyyin menghaturkan rasa terima kasih kepada almarhum dan keluarga beliau atas khidmat yang telah dibaktikan selama ini,” katanya dalam sambutan sebelum pemakaman janazah almarhum di pesantren Krapyak Yogyakarta, Kamis (19/4).

KH Malik Madani juga berharap agar perjuangan almarhum bisa terus dijaga dan dilanjutkan oleh penerusnya. 

“Almarhum Kiai Warsun bukan milik ibu nyai, bukan milik putra-putrinya, bukan milik para santri, bukan milik masyarakat ataupun warga nahdliyyin, beliau sejatinya adalah milik Allah sehingga kita harus rela bila Allah mengambil kembali milik-Nya.” 

KH Malik juga mengingatkan suatu maqalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

“Orang berharta bila mati, maka ia benar-benar mati. Namun bila orang berilmu yang telah pergi, maka ia akan langgeng, meski jasadnya hancur berkalang tanah, tapi kepribadiannya di dalam hati kita tetap hidup.”

Sambutan terakhir disampaikan oleh Rais Syuriyah PWNU DIY KH Asyhari Abta yang menyampaikan bahwa kaum muslimin sedang mengalami kehilangan yang besar atas kepergian almarhum Kiai Warsun. Meninggalnya orang awam seribu tidak lebih berat bagi Allah daripada meninggalnyaa satu orang alim, ungkapnya.


Selanjutnya kakak almarhum, KH Zainal Abidin Munawwir, memimpin doa bagi almarhum. Kemudian KH Mustofa Bisri –akrab disapa Gus Mus- juga didaulat memimpin doa. Cucuran air mata haru tak terbendung oleh para penta’ziyah saat mengamini doa Mbah Kiai Zainal maupun Gus Mus yang menghujam jiwa. Suasana yang sedemikian haru mencerminkan kehilangan mendalam di hati para pecinta almarhum Kiai Warsun.

Setelah pelepasan, sekitar pukul 16.40 WIB, jenazah almarhum diusung dengan keranda menuju Masjid Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak dengan pekik tahlil untuk dishalatkan, diimami oleh KH Mustofa Bisri. Nampak jenazahnya mengalir di atas sungai manusia yang riuh rendah bersahut-sahutan melafalkan syahadatain menuju pemakaman Dongkelan, Senggotan, sekitar 2 km dari pesantren. 

Nampak pula kerumunan santri dan warga di kanan-kiri jalanan Krapyak, melepas kepergian guru mereka dengan isakan tangis duka.

Cuaca langit Yogyakarta yang sedari pagi mendung tanpa hujan, mulai merintikkan gerimis saat prosesi pemakaman almarhum Kiai Warsun dilaksanakan. Dan mulai benar-benar hujan selepas jasad beliau dikebumikan, membasahi tanah pekuburan Dongkelan, tempat beristirahatnya almarhum KH Ahmad Warsun Munawwir bersama keluarga besar Bani Munawwir, dan tentunya berkumpul bersama ayah beliau, simbah KH Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad al-Muqri. 

Redaktur: Mukafi Niam