Nasional

KH Aziz Manshur: Aktivitas Dunia dan Akhirat Harus Seimbang

NU Online  ·  Senin, 29 September 2014 | 11:03 WIB

Jombang, NU Online
Banyak kalangan yang masih membedakan antara kehidupan dunia dan akhirat. Padahal antara keduanya ibarat dua sisi mata uang yang selalu beriringan. Tidak ada yang harus dipertentangkan, malah harus disinergikan.
<>
KH Aziz Manshur tampil sebagai pembicara tunggal di kegiatan Pengajian Selapanan yang ajeg diselenggarakan aktifis di kepengurusan MWC NU Sumobito Jombang Jawa Timur, Sabtu malam (27/9). Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyiin Pacul Gowang Jombang ini  mengingatkan bahwa harus ada keseimbangan antara aktifitas duniawi dan ukhrawi. "Antara keduanya tidak dapat dipisahkan," tandasnya.

Sejumlah kisah para sahabat disampaikan pada pengajian yang diselenggarakan di salah satu mushalla di desa Mlaras Sumobito tersebut. Dari mulai cerita Nabi Muhammad yang menunjuk salah seorang sahabat calon penghuni surga. Ternyata yang bersangkutan tidak terlampau banyak melakukan qiyamul lail, akan tetapi lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja.

Demikian juga kisah salah seorang sahabat yang dikatakan sebagai ahli neraka lantaran hanya berdiam diri di masjid, sedangkan keluarganya tidak dipikirkan. "Hal ini memberikan gambaran kepada umat Islam untuk bekerja dengan gigih," tandas Kiai Aziz, sapaan kesehariannya.

Kepada para jamaah yang hadir pada kegiatan dengan tempat berpindah-pindah ini, Kiai Aziz menuturkan kalau istirahat saat malam menjadi prasyarat demi kekuatan saat bekerja di siang hari, maka hal itu bisa menjadi wajib.

Bagi Kiai Aziz, tidak jadi masalah profesi yang digeluti seorang muslim. Yang terpenting adalah berupaya untuk terus mencari rezeki dengan cara yang benar dan halal. Memenuhi kebutuhan keluarga juga sebagai bagian dari ibadah yang harus dijalankan setiap muslim.

Tidak berhenti sampai di situ saja yang dikemukakan Kiai Aziz, ia juga menyinggung isu kekinian seperti persiapan kewajiban penyembelihan hewan kurban berikut hal yang melingkupi. Bagaimana memaknai perbedaan hari raya antara di Makkah dengan di Tanah Air. "Dalam penentuan jatuhnya hari raya Idul Adha, gunakan pertimbangan pemerintah saja karena itu akan lebih selamat," tandasnya.

Dalam pandangan Kiai Aziz, persyaratan penentuan hari raya tidak bisa mengikuti negara lain. "Karena yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad adalah saat melihat bulan," katanya. Dan tentu saja, posisi masing-masing negara akan sangat bergantung kepada keadaan saat awal penentuan bulan dimaksud.

Kegiatan pengajian ini bertahan cukup lama. Lokasi pengajian berpindah dari mushalla dan masjid kampung di wilayah MWC NU Sumobito. Ada ratusan orang yang selalu hadir pada kegiatan rutin ini dan berasal dari sejumlah desa se-Kecamatan Sumobito. Mereka bahkan diangkut dengan sejumlah kendaraan agar bisa mengikuti pengajian. Bagi anggota masyarakat yang berkenan membawa jamaah, maka panitia memberikan sekedar ganti bensin kepada pemilik kendaraan. (Syaifullah/Abdullah Alawi)