Nasional

Ketum PBNU: NU Emban Amanat Langit dan Bumi

Jum, 13 Desember 2019 | 20:15 WIB

Ketum PBNU: NU Emban Amanat Langit dan Bumi

Diskusi Bulanan yang digelar Yasan Tali Buana Nusantara di PBNU, Jumat (13/12) (Foto: NU Online/Abdullah Alawi)

Jakarta, NU Online 
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama mengemban dua amanat yaitu amanat langit dan bumi atau teologis (ilahiyah) dan sosiologis (insaniyah). 

“Berat sebenarnya. Mau tidak mau, NU mengemban ini, yaitu harakah diniyah dan harakah wathaniyah, adalah gerakan keagamaan dan kebangsaan," katanya pada diskusi Pandangan Tokoh Nasional terhadap Eksistensi Fungsi dan Posisi NU Masa Kini dan Masa Depan yang berlangsung di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (13/12) malam. 

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur, Jakarta Selatan ini, NU dalam menjalankan amanat itu mengedepankan prinsip tawasuth, yaitu dalam cara berpikir tidak tekstual dan liberal. NU mengharmoniskan wahyu dan akal. 

Posisi NU ini, kata Kiai Said, tidak mudah menjalankannya karena akan mendapatkan tantangan dari kiri dan kanan. Oleh karena itu, butuh kemampuan tersendiri dalam menempatkan diri.
 
"Menjadi moderat itu butuh kecerdasan, harus jenius," katanya. 

Kiai Said juga menambahkan, percuma membikin perkumpulan atau berorganisasi jika tidak berupaya membangun martabat bangsa baik dari sisi tsaqafah maupun hadarah bangsanya sendiri, Indonesia.
Sebagai organisasi, kata dia, NU dalam menjalan organisasi juga untuk wa ishlahu bainan nas, yaitu membantuk masyarakat yang saleh.
 
Tak hanya itu, NU juga kembali harus memperkuat perekonomian warganya. Hal ini harus menjadi fokus utama pengurus di berbagai tingkatan menjelang satu abad pertama. 
 
Kegiatan yang digagas Yayasan Tali Buana Nusantara bekerja sama dengan PBNU tersebut menghadirkan dua narasumber lain, yakni perwakilan dari Badan Intelejen Negara (BIN) Letjen Sundawan dan pengamat politik Fachry Ali. 
 
Yayasan Tali Buana Nusantara didirikan KH Ahmad Bagja dengan ketua Endin J. Sofihara. Yayasan ini mengadakan diskusi tiap bulan dan hasilnya diterbitkan dalam buku. Salah satu yang pernah diterbitkan adalah buku Peta Jalan NU Abad Kedua. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan