Nasional

Ketua LD PBNU kepada Pendakwah: Ucapan dan Perbuatan Harus Selaras

Sel, 17 November 2020 | 13:00 WIB

Ketua LD PBNU kepada Pendakwah: Ucapan dan Perbuatan Harus Selaras

Ketua LD PBNU, KH Agus Salim HS. (Foto: dok. LD PBNU)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Agus Salim HS menyatakan, perjalanan dakwah Rasulullah Saw merupakan sebuah keberhasilan yang sangat mencengangkan. 


“Dalam waktu yang relatif singkat, Islam bisa tersebar di tengah masyarakat jahiliyah yang sangat kuat memegang budaya nenek moyang. Fakta sejarah ini tidak bisa dipungkiri oleh siapapun kecuali orang yang menyimpan dendam, kedengkian dan kebencian,” katanya, kepada NU Online, Selasa (17/11) sore.


Menurutnya, metode dakwah yang terbaik adalah cara Rasulullah dalam menyebarkan Islam. Ketika itu, dalam berdakwah, Nabi sangat bijak dan memiliki pandangan jauh ke depan alias visioner atau futuristik.


Kiai Agus kemudian mengutip Sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan Abu Hurairah radiyallahu anhu. Dalam hadits disebutkan bahwa suatu hari ada seorang Arab Baduy yang kencing di dalam masjid.


Secara spontan, sahabat pun naik pitam melihat kejadian itu. Bahkan, para sahabat Nabi tidak segan-segan untuk segera mengusirnya. Melihat hal itu, sikap yang ditunjukkan Nabi sangat bijaksana dengan mengedepankan akhlak yang mulia.


“Biarkanlah dia (Arab Baduy) dan siramkanlah di atas air kencingnya itu satu timba air atau satu ember air. Karena sungguh kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan,” ungkap Nabi Muhammad yang diungkap Kiai Agus.


Sikap Rasulallah Saw tersebut, menurut Kiai Agus, meninggalkan kesan sangat indah yang menyebabkan orang Arab Baduy itu memeluk Islam. Hal tersebut juga menjadi pelajaran penting bagi semua sahabat Nabi dan menjadi teladan terbaik bagi para pendakwah dalam mengemban dan menyebarkan misi Islam.


“Karena pasti seorang mukmin yang telah mendapat petunjuk dari Allah menginginkan agar orang lain juga mendapat petunjuk. Sebab, keimanan seseorang tidak dianggap sempurna sampai dia mencintai untuk saudaranya kebaikan yang dia cintai bagi dirinya,” katanya.


Lebih lanjut, Kiai Agus menuturkan, karena cinta yang tulus kepada saudara seiman dan belas kasihan kepada seluruh manusia maka harus berusaha sekuat tenaga untuk menunjuki serta membimbing manusia ke jalan yang dirahmati Allah.


“Tapi agar ajakannya mendapat sambutan positif, kita harus tahu faktor-faktor diterimanya dakwah. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu dakwah, di antaranya akhlak yang baik dan budi pekerti pelaku dakwah,” ungkapnya.


Persoalan akhlak, lanjut Kiai Agus, tentu tidak terbatas pada hubungan sesama manusia saja. Tetapi juga dengan akhlak untuk menjalin hubungan baik antara seorang hamba dengan Allah. Bahkan, yang disebutkan terakhir itu merupakan kunci pokok dan penting yang harus diperhatikan pendakwah.


Akhlak pendakwah kepada Allah


“Kita sebagai makhluk ciptaan Allah harus mampu memahami tujuan dan tugas kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Sudah jelas tujuan kita diciptakan oleh Allah Swt adalah untuk taat dan menghamba kepada Allah,” ungkap Kiai Agus.


Selain itu, imbuhnya, tidak cukup hanya sekadar penghamba dan taat tapi harus mampu dan berusaha untuk bisa mengenal Allah. Dalam bahasa tasawuf, disebut sebagai ma’rifatullah dan bahkan sampai ushul kepada Allah.


“Nah orang yang tulus berdakwah, kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya yang manis itu harus benar-benar bersumber dari hati kecil yang terdalam. Karena di hadapannya ada kemunkaran dan penyakit kronis di tengah-tengah masyarakat sehingga hati pendakwah mesti tergerak untuk mengobati mereka,” tutur Abi Agus, sapaan akrab Ketua LD PBNU ini.


Pendakwah harus memiliki sikap tidak rela apabila ada masyarakat yang menjadi korban kejahatan setan dari bangsa jin dan manusia. Ditegaskan Kiai Agus, juru dakwah harus pula memikirkan nasib umat agar bisa keluar dari kubangan kesesatan.


“Saat masyarakat menghadapi situasi yang rumit, pendakwah harus tulus ikut mengawal dan mencarikan solusi. Pokoknya, dia bertekad untuk menyuguhkan yang terbaik bagi masyarakat. Tidak pantang menyerah saat mendapati rintangan dan tidak mudah mendoakan kejelekan kepada yang membangkang,” tegasnya.


Pendakwah yang baik, ucap Kiai Agus, harus selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan beragam amal ketaatan. Sebab, orang yang selalu mengingat Allah akan pula diingat oleh-Nya. Juru dakwah jangan menjadi lilin yang mampu menyinari orang lain tapi dirinya sendiri habis meleleh.


Kiai Agus kemudian mengutip firman Allah dalam surat Ash-Shaf ayat 2-3. Di situ, Allah mengemukakan sebuah pertanyaan retoris, “Wahai orang-orang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.”


Walhasil, pendakwah yang sukses adalah orang-orang yang mampu menghiasi dirinya dengan amal kebaikan dengan ikhlas, yang sepi dari pengakuan. Juru dakwah, kata Kiai Agus, tidak cukup dengan hanya mengerjakan perkara wajib, tetapi amalan-amalan sunnah juga dilakukannya, terutama berzikir kepada Allah.


“Di samping itu, ucapannya juga harus selaras dengan perbuatan karena selalu zikrullah dalam setiap kesempatan. Orang yang seperti ini berhak mendapatkan kecintaan yang khusus dari Allah,” pungkas Kiai Agus. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad