Ketua Fatayat NU Jateng Calonkan Diri untuk DPD
NU Online · Sabtu, 20 April 2013 | 11:43 WIB
Semarang, NU Online
Hari ini, Sabtu (20/4), Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah, Khizanaturrohmah melaksanakan amanat kader Fatayat untuk mendaftar sebagai calon anggota legislatif.
<>
Dengan membawa bukti dukungan 6.784 lembar foto copy KTP, Mbak Khiz, panggilan akrab pemimpin para pemudi NU ini, mendaftar sebagai calon senator Jateng, yakni Dewan Perwakilan Daerah. Ia adalah satu-satunya kader perempuan NU yang mendaftar sebagai calon DPD.
Kedatangannya di KPU Jateng didampingi para kader Fatayat NU dan aktivis organisasi perempuan. Khizana dan para sahabatnya mengajak masyarakat mendukung keterwakilan perempuan. Sebab perempuan lebih mengerti aspirasi dan kebutuhan kaum perempuan.
Ia katakan, keterwakilan perempuan mutlak harus diwujudkan. Tidak sebatas pemenuhan quota 30 persen saja, tetapi segala aspek yang terkait dengan regulasi, anggaran, kebijakan yang menyangkut perempuan, akan lebih baik jika memihak kepada perempuan.
“Program pengarusutamaan gender tidak cukup dengan pemenuhan kuota 30% dalam daftar calon legislatif. Tetapi harus diwujudkan dalam regulasi, anggaran dan kebijakan yang menyangkut perempuan. Yang lebih memahami dan memperjuangkan hal itu adalah perempuan sendiri,” kata ibu tiga anak kelahiran Kota Pekalongan, 15 Februari 1970 ini.
Alumnus IAIN Walisongo Semarang ini menambahkan, kebijakan atau program pemerintah sering kurang berpihak kaum perempuan. Itu karena dalam pembahasannya tidak berbasis riset atau observasi kebutuhan kaum perempuan.
Soal kesehatan ibu dan anak misalnya, pemerintah belum sepenuhnya menjamin pelayanan bagus di rumah sakit, klinik bersalin maupun puskesmas. Dia sebutkan, masih banyak tersiar kabar ibu hamil kurang darah, bayi lahir prematur dan anak-anak mengalami gizi buruk. Bahkan angka kematian ibu melahirkan masih tinggi.
Tak hanya itu, beber aktivis LSM ini, remaja putri banyak yang tidak mendapat pendidikan yang baik karena tidak bisa bersekolah atau mengaji. Itu karena orangtuanya miskin dan kurang agamis.
“Di keluarga miskin, terlebih yang kurang agamis, yang menderita adalah istri dan anak-anak. Korban paling banyak dari kasus asusila atau kriminalitas juga wanita,” tegas pengusaha batik ini.
Ia simpulkan, perempuan saat ini masih sub-ordinat dan termarginalkan. Buktinya, upah buruh perempuan dibiarkan rendah, perlindungan hukum dan pemenuhan hak-hak karyawati belum memadai. Mereka, kata Khizana, tidak mendapat cuti yang cukup saat hamil dan menyusui. Bahkan tidak diberi waktu istirahat plus ruang untuk menyusui bayinya di tempat kerja.
“Saya diamanati untuk memperjuangkan itu semua. Dengan doa restu ulama dan dukungan Anda semua, perubahan itu bisa kita wujudkan,” pungkas penggerak ekonomi kreatif dan usaha mikro ini.
Redaktur: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
2
Mas Imam Aziz, Gus Dur, dan Purnama Muharramnya
3
Santri Kecil di Tuban Hilang Sejak Kamis Lalu, Hingga Kini Belum Ditemukan
4
Gus Yahya: Sanad adalah Tulang Punggung Keilmuan Pesantren dan NU
5
Kupas Tuntas Nalar Fiqih di Balik Fatwa Haram Sound Horeg
6
Sound Horeg: Menakar Untung-Rugi Kebisingan
Terkini
Lihat Semua