Nasional

Ketika Slamet Rahardjo Latih Suara Teater dengan Huruf Hijaiyah

Sab, 1 Juni 2024 | 08:00 WIB

Ketika Slamet Rahardjo Latih Suara Teater dengan Huruf Hijaiyah

Aktor dan sutradara senior Slamet Rahardjo (memegang mikropon) berbincang bersama para pemain dan penonton pementasan drama Mahkamah yang ditulis Asrul Sani (Foto: Dok. Panitia)

Jakarta, NU Online
Aktor dan sutradara senior Slamet Rahardjo mengaku pernah diajarkan berlatih suara oleh pelatihnya dengan membunyikan huruf-huruf vokal. Namun, ia merasa hal tersebut tidaklah maksimal karena hanya menyentuh sebagian ruang pengeluaran huruf saja. Akhirnya, ia lebih memilih menggunakan cara yang diajarkan kakeknya, yaitu dengan membunyikan huruf-huruf Hijaiyah. Penggunaan huruf-huruf Hijaiyah ini bukan tanpa alasan. Sebab, hal itu memaksimalkan ruang tempat keluarnya huruf-huruf.


Demikian ia lakukan saat membagikan tips melatih suara kepada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta usai mementaskan naskah drama karya gurunya, Asrul Sani, yang berjudul Mahkamah. Pementasan tersebut dilakukan di Gedung Pertunjukan Bulungan, Jakarta, Kamis (30/5/2024).


“Alif!” teriaknya seraya meminta seluruh pemain untuk mengulanginya.


Ia menjelaskan bahwa saat membunyikan huruf tersebut, ada lidah yang bergerak ke langit-langit mulut sekaligus menggerakkan bibirnya. Hal tersebut dilanjutkan ke huruf-huruf berikutnya, ba, tsa, ja, dan seterusnya.


“itu olahraga huruf,” katanya.


Ia menjelaskan bahwa hal tersebut juga ia sampaikan kepada anak didiknya yang lain. Kepada mereka, ia menyampaikan bahwa hal tersebut bukanlah agama yang ketika membacanya lantas otomatis masuk islam. Itu hanyalah alfabet dalam bahasa Arab yang merupakan produk budaya. Karenanya, bagi non-Muslim, hal tersebut tidaklah menjadi persoalan.


“Murid-murid saya, cucu murid Pak Asrul, kamu akan punya suara indah dengan alif, ba, ta, tsa, jim, ha, kha, dal, dzal, ra,” katanya.


Kemudian, ia memanggil seorang pemain yang tampak memiliki berat badan paling rendah. Ketika berdiri di hadapannya, ia sedikit mendorongnya dan pemain tersebut terdorong cukup kuat. Para penonton tergelak melihat hal tersebut. Namun, Slamet meminta kepada pemain itu untuk mengambil napas secara dalam-dalam dan dialirkan ke perut. Saat proses tersebut, ia kembali mendorongnya dan pemain itu bergeming. Artinya, ada tekanan dan kekuatan di dalam tubuhnya sehingga tidak terdorong.


Oleh karena itu, ia menegaskan kepada para pemain agar dapat mengolah tubuh dan suaranya agar tidak ada lagi suara yang lemah. “Saya tidak mau dengar lagi suara tenggorokan. Olah!” pintanya.