Nasional

Ketika Santri Cirebon Lantunkan Kasidah untuk Rabbi Yahudi di Gereja

Ahad, 8 September 2019 | 07:00 WIB

Ketika Santri Cirebon Lantunkan Kasidah untuk Rabbi Yahudi di Gereja

Foto : (Sanja Knezevic Photography)

Jakarta, NU Online
M Abdullah Syukri, pengajar di Pondok Buntet Pesantren, akhirnya mendapatkan izin dari keluarganya untuk mengikuti program 1.000 Abrahamic Circles. 
 
Ia pun berangkat dari Cirebon menuju Jakarta untuk langsung terbang ke Belgrade, Serbia guna tinggal bersama komunitas Kristen Ortodoks di sana selama seminggu pada akhir Agustus lalu.
 
Abdullah Syukri menceritakan bahwa Rabbi Howard Hoffman dari Amerika Serikat pun menyanyikan satu lagu untuknya dan Pendeta Kristen Ortodoks Serbia Father Gligorije Markovic. Pun Father Gligorije bersenandung untuknya dan Rabbi Howard.
Akhirnya, ia pun melantunkan lagu untuk Rabbi Howard. Saat itu, Father Gligorije sedang tidak nampak. 
 
"Bisa kamu bayangkan, seseorang dari pesantren melantunkan kasidah untuk Rabbi dari Yahudi di gereja," katanya di Gedung CCM, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (7/9).
 
Kasidah yang disenandungkan oleh Abdullah Syukri adalah sebuah kasidah yang amat disukai oleh gurunya, yakni KH Maimoen Zubair. Sa'duna fid dunya, fauzuna fil ukhra, bi Khadijatal Kubra, wa Fathimataz Zahra, begitu ia melantunkan kasidah tersebut.
 
Peristiwa itu divideo oleh salah satu panitia. Ia pun khawatir saat video tersebut diunggah ke berbagai media sosial. Tetapi, yang terjadi justru hal yang tak terduga dan membuatnya terkejut, yakni video tersebut viral diunggah di beberapa media sosial jejaring NU yang penontonnya mencapai puluhan ribu orang.
 
"50.000 kali ditonton dan semua komentarnya positif," ujar anggota Bidang Luar Negeri Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) yang lekas disambut tepuk tangan 200-an orang yang memenuhi ruangan kegiatan itu.
 
Ketika kembali ke Pondok Buntet Pesantren, ia mendapat berbagai ungkapan apresiasi dari keluarga dan masyarakat. "Kamu melakukan hal baik di sana," katanya mengutip pernyataan masyarakat. Karena hal tersebut, kekhawatirannya pun luntur seketika.
 
Ia bertekad akan melukiskan warna pandangan bagi santri yang sampai saat ini dikenal tertutup dan kurang berani mengambil langkah yang terbuka. Kehadiran tokoh agama Kristen ortodoks dan Yahudi ke pesantrennya untuk kali pertama membuka mata mereka bahwa hidup ini tidak sendiri, tetapi juga bersama banyak komunitas lain yang berbeda.
 
Pewarta : Syakir NF
Editor : Muiz