Nasional

Ketika Menag Yaqut Memotivasi Santri Qamarul Huda Bagu, NTB

Ahad, 14 Maret 2021 | 03:00 WIB

Ketika Menag Yaqut Memotivasi Santri Qamarul Huda Bagu, NTB

Menag Yaqut Cholil Qoumas bersilaturahim ke Pesantren Qamarul Huda Bagu, NTB. (Foto: istimewa)

Lombok Tengah, NU Online
Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas kembali bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (13/3) malam. Kehadiran Menag disambut pengasuh Pesantren, TGH L M Turmudzi Badaruddin bersama Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat (Kakanwil Kemenag NTB), H Zaidi Abdad.

 

Selain sedikit bercerita sejarah kemerdekaan Indonesia, Menag juga memotivasi para santri untuk menanamkan sikap patriotisme dalam diri masing-masing. Santri jangan pernah berkecil hati dan terus tampil gagah berani.

 

"Saya mengingatkan kepada adik-adik santri, bahwa menjadi santri itu tidak perlu berkecil hati. Santri tidak boleh terus-menerus jatuh. Santri itu harus gagah dan berbangga diri, karena Indonesia ini tidak pernah merdeka tanpa ada santri," kata Menag.

 

Menag asal Rembang, Jawa Tengah ini, menceritakan sejarah kemerdekaan Indonesia yang didominasi oleh perjuangan dan darah para santri melawan penjajah. Baginya, bila ada klasifikasi kesahan sebagai warga negara Indonesia berdasarkan perjuangannya maka santrilah yang paling sah sebagai warga negara. Jasa para santri dan para kiai turut memerdekakan Indonesia bahkan jauh sebelum mengenal Tentara Republik Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).


"Sejak zaman perjuangan ketika penjajahan kolonial Belanda, Jepang, Inggris, Sekutu, dan seterusnya, yang melawan mereka itu adalah santri. Karena Indonesia pada waktu itu belum punya TNI, belum punya polisi. Oleh karena itu, santri adalah pemilik negara yang paling sah," tegas ponakan Kiai Ahmad Musthofa Bisri ini.

 

Menteri kelahiran 46 tahun silam ini memotivasi para santri agar terus belajar tanpa akhir. Sambil mencairkan suasana malam yang dingin mencekam, ia melontarkan cerita-cerita lucu kepada para santri di sana. Gus Menteri, panggilan akrabnya yang lain menjelaskan agar para santri tak hanya mengamini doa dan berangan-angan saja, melainkan harus mengimbanginya dengan usaha maksimal. 

 


Kontributor: Ahmad Dirgahayu Hidayat
Editor: Kendi Setiawan