Nasional

Ketika Barzanji Dipentaskan Santri

NU Online  ·  Ahad, 9 Februari 2014 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online  
Anak-anak muda itu  seperti hendak mengaji ke majelis ta’lim di pesantren. Tapi tak menating satu kitab kuning pun. Mereka berkopiah hitam, kemeja tangan pendek, dan sarung batik. Tatapan lurus ke depan, berjalan perlahan seperti hendak menghadap kiainya.
<>
Engkau Mentari
Engkau purnama
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau iksir
Engkau kesturi
Engkau pelita di setiap dada

Syair-syair itu mereka lantunkan dengan nada yang lurus-lurus saja. Kemudian ditimpali syair 20 suara santri putri dengan kalimat berbeda, tapi isinya melanjutkan syair itu, penggalan kisah dan pujian untuk lelaki agung, Nabi  Muhammad SAW.

Mereka selalu bersikap sempurna seperti dalam upacara bendera. Gerak-geriknya seperti diukir. Tak ada gelak tawa, keluh kesah; sesekali bernyanyi dengan kalimah-kalimah bahasa Arab yang diiringi musik ala padang pasiran. Biola meliuk-liuk,  sesekali  seruling melengking, dan karinding berbunyi seperti malu-malu.

Para santri itu tak henti-hentinya memuji keagungan Nabi  Muhmmad mulai dari kisah kelahiran, silsilah keluarga, sifat-sifat lahiriyah serta ketuamaan akhlaknya.

Pada satu fragmen, empat santri putri maju, diiringin dengan kalimah subhanallah wa bihamndih  dengan suara ngebas. Penari itu meliuk-liuk dengan pelan. Pelan sekali, seperti sedang menyambut kehadairan seseorang yang paling agung.

Dalam durasi 2 jam, pementasan para santri Babakan Ciwaringin, Cirebon tersebut bisa dikatakan minim gerak. Pementasan ini lebih mengedepankan suara merdu mereka dengan kata-kata pilihan yang menggetarkan.  

Pementasan Permata Kalung Barzanji ini merupakan adaptasi dari kitab yang ditulis Sayid Ja'far al-Barzanji. Kitab ini diterjemahkan Syu'bah Asa yang kemudian diolah WS Rendra ke dalam naskah dan pertunjukan teater. Kemudian dipentaskan sekitar di tahun 70-an. Pernah dipentaskan lagi sekitar tahun 2003.

Pementasan yang disutrasdarai Ken Zuraida tersebut berlangsung di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Jumat malam (7/2) dan Sabtu malam (8/2), tiap pukul 20.00. Sembilan pesantren terlibat dalam pementasan ini dengan didukung 50 santri putra dan putri. Sebelumnya telah dipentaskan di Kebon Jambu, Tegal dan Brebes. (Abdullah Alawi)