Nasional

Kerapuhan Konsep Daulah Islamiyah

NU Online  ·  Jumat, 18 Juli 2014 | 16:02 WIB

Jakarta, NU Online
Konsep daulah Islamiyah yang diusung segelintir kelompok, tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pasalnya, daulah Islamiyah dalam perspektif mereka bergeser jauh dari prinsip dasar khalifatullah di muka bumi. Sementara khalifatullah dalam Islam merepresentasikan sebuah sistem negara yang dapat memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya.
<>
Demikian dikatakan Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi dalam diskusi Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Perspektif Pedesaan di Gedung PBNU jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Rabu (16/7) sore.

“Khalifatullah itu wakil Allah di muka bumi. Tidak main-main, wakil Allah! Khalifatullah bertanggung jawab memenuhi kebutuhan segenap warga dari pelbagai latar belakang,” kata Kiai Masdar menerangkan dasar pemikiran negara.

Menurutnya, lahirnya sebuah negara berawal dari kewajiban setiap individu dalam memenuhi tiga kebutuhannya yang meliputi kebutuhan primer, sekunder, tersier. Agama, kata Kiai Masdar, menyebutnya dengan istilah dharuri, haji, tahsini.

Ketika individu bersangkutan tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka tanggung jawab itu beralih kepada keluarga. Saat di mana keluarga lumpuh, maka masyarakat bertanggung jawab mengambil kewajiban itu.

Dari situlah sebuah negara hadir di tengah keterbatasan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan warga.

“Khalifatullah bisa dibilang pemimpin di negara manapun. Karena khalifah menjalankan pemenuhan Allah yang bersifat rahman di bumi tanpa diskriminasi. Khalifah yang menjalankan sebuah negara tidak boleh menomorduakan warga nonmuslim. Karena, sifat rahman-Nya umum mencakup muslim dan nonmuslim,” kata Kiai Masdar.

Berbeda dengan sifat rahim yang khusus diberikan kepada orang beriman di akhirat. Itulah kenapa surah al-Fatihah menyebut Hari Kiamat sebagai yaumid din, hari agama. Di sanalah agama diadili. Sedangkan di dunia, Allah lewat sifat rahman-Nya tidak menghakimi keyakinan.

“Mana bisa polisi menghakimi keyakinan warga? Keyakinan masalah batin. Itu nanti di Akhirat, yaumid din,” tandas Kiai Masdar. (Alhafiz K)