Kepala Banser Jatim Sebut Nama-nama 19 Ormas Radikal
NU Online · Ahad, 29 Mei 2016 | 04:30 WIB
Paham radikal dan anti-NKRI adalah musuh bangsa Indonesia. Menurut data yang disampaikan pihak kepolisian dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), setidaknya ada 19 nama organisasi di Indonesia yang tergolong dalam kelompok radikal.
Demikian ditegaskan Kepala Satkorwil Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Jawa Timur dr H Umar Usman di hadapan sekitar 350 peserta pendidikan dan latihan dasar (diklatsar) Banser angkatan III Satkorcab Banser Trenggalek di Pondok Pesantren Hidayatulloh Kecamatan Pule, Trenggalek, Sabtu (28/5) siang.
Siapa saja 19 organisasi itu? Umar Usman menyebutkan antara lain Jamaah Islamiyah, Tauhid Wal Jihad, NII, Majelis Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat, Ring Banten, Jamaah Ansharut Tauhid, Jamaah Al-Tawhid wal-Jihad, Pendukung dan Pembela Daulah Islamiah, Jamaah Anshauri Daulah, Ma'had Ansharullah, Laskar Dinullah, Gerakan Tauhid Lamongan, Halawi Makmun Grup, Ansharul Khilafah Jawa Timur, IS Aceh, Ikhwan Muahid Indonesia fil Jazirah al-Muluk, Khilafatul Muslimin, dan Al Muhajirin (sempalan HTI).
“Ke-19 organisasi tersebut menggunakan kekerasan (dalam melancarkan aspirasinya, red). Mulai dari mengkafirkan selain kelompoknya, melakukan teror, menembak, meledakan bom, dan kegiatan lain yang mengandung teror. Nah, selanjutnya masih terdapat organisasi yang dapat dikelompokkan anti NKRI dan Pancasila dan di antaranya, neo-PKI dan HTI. Ini yang harus juga diwaspadai,” katanya.
Menurutnya, persoalan PKI dan model barunya, punya kata kunci, yaitu telah berkhianat pada NKRI dengan melakukan kudeta. Sedangkan HTI adalah penggagas dan pengusung ideologi sistem khilafah Islamiyyah untuk menggantikan bentuk NKRI, tidak menerima Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. “Untuk itulah Ansor dan Banser nenolak gerakan paham radikal dan paham khilafah,” tegasnya.
Kenapa Banser dan Ansor menolak khilafah? Umar Usman menambahkan, di antara alasan pokoknya adalah karena khilafah memposisikan Indonesia sebagai negara jajahan, berlaku purifikasi yang mencerabut warga dari budayanya sendiri, dikriminasi gender, dan ancaman disintegrasi bagi wilayah di Tanah Air yang berpenduduk non-Muslim.
“Apa bedanya dengan pemberontakan DI/TII. Untuk itulah, Banser dan Ansor mengajak kepada, OKP, LSM, ormas dan kepada seluruh anak bangsa yang masih mencintai negerinya, yang memiliki paham nasionalisme, dan yang memiliki rasa cinta kepada tanah, air bersatu padu menolak paham tersebut,” tegasnya.
Diklatsar angkatan III kali ini diikuti lebih dari 300 peserta, sebelumnya maksimal hanya diikuti tidak kurang dari 200 peserta. “Diklat ini termasuk luar biasa. Karena diikuti lebih dari 300 orang. Kami berharap dengan banyaknya anggota baru bisa menambah ghirah dan mutu SDM Banser di Trenggalek,” ungkap Abdurrohman Ketua PC GP Ansor Trenggalek. (Imam Kusnin Ahmad/Mahbib)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
5
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
6
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
Terkini
Lihat Semua