Nasional

Kemenag Hentikan Sementara Izin Pendirian PTKI Swasta, Ini Alasannya

Sen, 6 Maret 2023 | 12:00 WIB

Kemenag Hentikan Sementara Izin Pendirian PTKI Swasta, Ini Alasannya

Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani di Depok saat peresmian Sekolah Tinggi Agama Islam Al Karimiyah menjadi Institut, Ahad (5/3/2023).

Jakarta, NU Online
Tahun 2023, Kementerian Agama mengambil keputusan untuk menghentikan sementara (moratorium) penerbitan izin bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Swasta. Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani belum mengetahui secara pasti sampai kapan moratorium ini diberlakukan.


"Tahun 2023, kami lakukan moratorium izin pendirian Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIS) baru. Ini untuk lebih menekankan pada kualitas atau mutu PTKIS, bukan semata kuantitas," tegas Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani di Depok, Ahad (5/3/2023).


"Kita ingin PTKIS juga memiliki mutu dan daya saing yang tinggi, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui perubahan bentuk, dengan syarat akreditasi PT-nya baik," imbuhnya dikutip dari laman Kemenag.


Hal ini disampaikan Dhani saat berkunjungan ke Depok dalam rangka peresmian transformasi Sekolah Tinggi Agama Islam Al Karimiyah menjadi Institut.


Dalam kesempatan tersebut, Dhani berharap lulusan PTKI khususnya Institut Agama Islam Depok (IAID) Al Karimiyah mampu menghadirkan karakter IHSAN yang merupakan akronim dari Integritas, Humanisme, Spiritualitas, Adaptasi, dan Nasionalisme


Integritas, artinya pengutamaan nilai kejujuran, loyalitas, kesetiakawanan, dan sebagainya. Humanisme pada dasarnya adalah menciptakan manusia yang berintegritas diiringi dengan nilai-nilai kemanusiaan.


“Lulusan lembaga pendidikan keagamaan Islam diharapkan menjadi orang yang memiliki jiwa jiwa yang humanis, wajah yang ramah tidak marah, membina tidak menghina, merangkul tidak memukul, mencinta tidak mencerca,” jelasnya.


Spiritualitas, artinya orang yang memiliki nilai-nilai spiritual. Aktivitasnya selalu diniatkan sebagai ibadah. Adaptasi, orang yang mampu berubah dan beradaptasi sesuai dengan keadaan. Dia mampu menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.


"Orang yang hebat pada hari ini adalah orang yang mampu membaca masa depan dengan baik,” ujarnya.


Terakhir, nasionalisme atau kebangsaan. Ramdhani mengatakan, kegagalan sebuah lembaga pendidikan Islam apabila alumni tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.


“Dia harus memiliki nilai nilai Hubbul Wathan Minal Iman. NKRI harga mati. Itu adalah bagian dari batang tubuh seorang manusia dan dalam diri kita bahwa mencintai Tanah Air adalah bagian daripada iman," tutupnya.


Editor: Muhammad Faizin