Kelas Menengah Muslim Kota Perlu Bergerak Atasi Masalah
NU Online · Sabtu, 31 Januari 2015 | 01:07 WIB
Bandung, NU Online
Sebuah gerakan seringkali lahir dari kegelisahan anak zaman. Itulah yang terjadi pada munculnya gerakan Civic-Islam yang belakangan muncul di Bandung. Faiz Manshur, salah seorang inisiator gerakan ini menyatakan, selama ini teman-teman generasi Muslim Indonesia yang menggelisahkan tentang fundamentalisme, terorisme, ketimpangan ekonomi, kemandekan pemikiran-pemikiran ilmiah dan Islam, dan lain sebagainya.
<>
"Seringkali saya bertemu dengan teman-teman senior maupun teman muda dari kelompok muslim Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama seringkali memikirkan hal tersebut, tetapi bergerak bersama," ujar Pemimpin Redaksi Penerbit Nuansa Cendekia Bandung ini, Kamis (29/1).
Civic-Islam merupakan produk baru dalam gerakan sosial keagamaan. Faiz Manshur bersama AE Priyono dari LP3ES, Budhiana Kartawijaya (Yayasan Masjid Salman ITB), Asep Salahudin (Lakspesdam NU Jawa Barat) serta aktivis-aktivis muda Islam dari berbagai kampus pada awal tahun ini melakukan serangkaian gerakan yang dimulai dari diskursus pemikiran tentang Civic-Islam.
Berangkat dari penelitian Lembaga Civic-Virtue dan LP3ES Jakarta dan juga serangkaian penelitian lainnya, Civic-Islam lahir dari fakta umum Indonesia yang mengalami kegagalan politik.
"Demokrasi hanya menyediakan sarana hidup untuk orang-orang kaya dan pertumbuhan ekonomi juga hanya berputar di kalangan orang kaya. Sementara partai-partai Islam atau politisi Islam bertekuk lutut dalam situasi yang tidak berkeadilan ini," tegasnya.
Ditanya mengapa pilihannya civic, bukan civil-Islam atau jenis lain, karena gerakan Civic-Islam itu mengambil basis kota sebagai skala pilihan utama. "Kewargaan kota harus kuat, kritis, dan mampu membaca gerak zaman serta kemampuan menawarkan agenda perubahan di kalangan kelas menengah perkotaan. Di luar itu, problem keindonesiaan juga mayoritas terkonsentrasi pada ruang lingkup perkotaan. Jadi ini skala pilihan untuk prioritas gerakan," paparnya.
Pelaku gerakan Civic-Islam, menurut Faiz, adalah Muslim yang memiliki kesadaran politik, secara aktif berpartisasipasi dalam demokrasi, dengan menaruh kepedulian terhadap ruang publik agar menjelma civic-public-space, yang inklusif, majemuk, dan toleran serta menaruh perhatian besar pada kemanusiaan.
"Muslim kelas menengah perkotaan perlu mengusung nilai-nilai kebajikan, dan dengan paradigma intelektual-organik, atau intelektual profetik dan lebih dari itu, harus punya semangat untuk bergerak membela lemah. Ini penting dilakukan karena terbukti politik neoliberalisme telah gagal, dan fundamentalisme Islam hanya mengajak ke lorong gelap kehidupan bangsa," tuturnya. (Makmun Yusuf/Mahbib)
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua