Nasional

Kelancaran Pemilu Gambaran Mulusnya Demokrasi

NU Online  ·  Selasa, 18 September 2018 | 19:30 WIB

Jakarta, NU Online
Pemilu merupakan salah satu syarat elemen dasar negara demokrasi. Kelancaran pemilu merupakan gambaran mulusnya proses demokrasi. Sebaliknya, ketidaklancaran pemilu menjadi cerminan terhambatnya demokrasi.

Hal itulah yang disampaikan oleh Nurdin, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, pada dialog nasional di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (18/9).

Maka, Pemilu mestinya jadi pesta kemeriahan bersama sebagai wujud aplikasi sila keempat. Bukan malah menjadi ajang menjamurkan hoaks dan adu politik identitas atau sara.

"Tujuan pemilu (itu sebagai) sarana kedaulatan rakyat dan sarana partisipasi masyarakat," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta Muhammad Jufri menegaskan peran penting masyarakat umum sebagai pemilih merupakan salah satu elemen pemilu, selain penyelenggara dan peserta.

"Kalau tidak ada pemilih, pemilu pun tidak bisa dilaksanakan," terangnya pada dialog yang digelar oleh Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) DKI Jakarta itu.

Lebih lanjut, Jufri menegaskan bahwa pemuda harus mengambil peran aktif dalam gelaran lima tahunan itu. Sebab, pihaknya mengakui banyak masalah yang dihadapi dalam setiap tahapannya. Daftar pemilih tetap, misalnya, selalu bermasalah di setiap penyelenggaraannya.

Belum lagi kewenangan Bawaslu yang lain untuk menyidik dan memutuskan suatu pelanggaran Pemilu. Oleh karena itu, ia mengajak peserta diskusi tersebut untuk dapat melaporkan kepadanya jika menemukan pelanggaran pemilu.

"Mengajak untuk bisa memberikan laporan jika ada dugaan pelanggaran terkait dengan Pemilu," katanya dalam diskusi yang bertajuk Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Mengawal Pesta Demokrasi Pemilu 2019 itu.

Meskipun demikian, ia mengingatkan agar laporan tersebut tidak sampai lebih dari tujuh hari setelah kejadian pelanggaran. Sebab, Undang-Undang mengaturnya demikian.

Dialog yang dipandu oleh Dimas Sundawa itu juga menghadirkan narasumber lain, yakni aktivis demokrasi Aliza Gunando dan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini. (Syakir NF/Fathoni)