Nasional

Kejayaan Perdagangan Umat Islam Harus Bangkit Kembali

NU Online  ·  Sabtu, 23 Juli 2016 | 19:46 WIB

Cirebon, NU Online
Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan sehingga perkembangannya pun di pusat perdagangan, yaitu di pelabuhan-pelabuhan semisal Cirebon, Batavia, Banten, Demak, Surabaya, Malaka dan lain-lain. Kemudian tersebar lagi ke pedalaman-pedalaman. Perdangangan menjadi salah satu faktor orang Nusantara cepat menerima Islam. Dan karena itu pula Islam tersebar tanpa mencucurkan darah atau kekerasan.

Menurut Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, tak heran makanya umat Islam Nusantara pernah berjaya dalam dunia perdagangan. Namun, ketika penjajah Belanda masuk, perdagangan umat Islam tergantikan oleh penjajah. Belanda kemudian yang menguasainya. Sementara umat Islam sendiri terusir dan melarikan diri ke pedalaman.

Nah, menurut dia, PBNU sekarang harus mengembalikan kejayaan perdagangan atau perekonomian umat Islam Indonesia. Hal ini sebetulnya sudah disadari dan dimulai para kiai pesantren. Makanya mereka sebelum mendirikan NU, mendirikan Nahdlatut Tujjar (kebangkitan saudagar) terlebih dahulu.  

“Pada zaman Soeharto, umat Islam, khususnya kalangan pesantren, bisa dikatakan tak ada kegiatan ekonomi. Pada tahun 1990an para kiai, termasuk saya di dalamnya, membentuk Inkopontren. Pesantren-pesantren didorong untuk bergerak mendirikan koperasi,” katanya di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat Sabtu (23/7).  

Hari ini, sambungnya, pesantren sudah banyak bergerak ekonomi. Rata-rata sekarang pesantren sudah memiliki usahanya sendiri.

“Seandainya dulu tak dimulai, mungkin sekarang belum memulai kegiatan ekonomi atau baru mau memulai. Nah, sekarang PBNU ingin memperkuat dan meneruskan hal itu,” katanya.  

Melalui Rapat Pleno PBNU 2016 di Pondok Pesantren Kempek ini, kata dia, PBNU berupaya agar perekonomian menjadi arus utama warga NU agar mandiri. Upaya-upaya dan strateginya akan dibahas dalam pleno tersebut. (Abdullah Alawi)