Jakarta, NU Online
Ibu pertiwi bersedih atas rentetan peristiwa peledakkan bom di beberapa lokasi di Indonesia pada Mei lalu. Terlebih, pada ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dengan melibatkan anak-anak menjadi sorotan tersendiri bagi banyak pihak.
Belum genap sebulan, pada awal Juni ini, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror mengamankan sejumlah bom, senapan, dan granat tangan rakitan di Universitas Riau. Densus berhasil meringkus terduga teroris dari mantan mahasiswa kampus tersebut.
Berbagai peristiwa tindakan terorisme tersebut membuat Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qulyubi kembali menegaskan tentang pentingnya cinta tanah air dan kemanusiaan.
Menurut Kiai Mujib, bagi Nahdlatul Ulama, cinta tanah air bagian dari iman sebagaimana yang terdapat pada lirik-lirik lagu Subbanul Wathon. Begitu juga tentang kemanusiaan yang mendapatkan perhatian besar bagi NU.
"Itu (lirik-lirik lagu Subbanul Wathon) bentuk upaya kiai pendiri NU memberikan semangat kepada warga NU sebelum merdeka agar kita semangat merdeka," kata Kiai Mujib pada acara Halaqah Deradikalisasi dan Silaturahim Pimpinan Nasional Organisasi Profesi Guru di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (6/6).
Ia mengutip pernyataan Imam Al-Ghozali di dalam kitab Ihya Ulumiddin bahwa negara dan agama adalah saudara kembar, yang satu dengan lainnya tidak bisa dipisahkan.
"Agama menjadi pondasi, negara menjadi cabang (penjaganya). Sesuatu tanpa pondasinya, agamanya, maka akan hilang (runtuh). Sesuatu (pondasi atau agama) yang tidak ada penjaganya (negara) maka akan sia-sia," ucapnya.
Melalui pernyataan Imam Al-Ghozali tersebut, katanya, atas izin Allah NU akan selalu hidup hingga hari akhir dengan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Insyaallah NU akan mempertahankan cinta tanah air sebanding dengan cinta agama. Cinta agama akan sebanding dengan cinta tanah air," jelasnya. (Husni Sahal/Muiz)