Katib Aam Prihatin Korupsi di Tengah Kemeriahan Ramadhan
NU Online · Kamis, 9 Agustus 2012 | 00:59 WIB
Yogyakarta, NU Online
“Kemeriahan bulan Ramadhan hanya tampak di luarnya saja. Di satu pihak, ritual keagamaan berlangsung meriah, sementara di pihak yang lain korupsi semakin merajalela.”
<>
Demikianlah penggalan ceramah yang disampaikan Dr KH A Malik Madani, MA dalam acara sarasehan dan buka bersama yang diselenggarakan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Suka Resto Yogyakarta, Rabu (8/8).
Menurut Katib Aam PBNU ini, kesalahan bukan pada agama. Sebab agama itu bersifat unggul dan tidak ada yang mengungguli (ya’lu wa la yu’la). Tapi kesalahan terletak pada pola keberagamaan kita yang hanya menitikberatkan pada kesalehan ritual. Padahal tujuan akhir beragama adalah kesalehan moral. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus ke muka bumi demi menyempurnakan kesalehan moral umat manusia.
Namun ironisnya, moralitas di Indonesia hanya dipahami dalam konteks luarnya saja, tidak pada substansinya. “Sangat ironis ketika ada ungkapan, ‘Kasihan ya dia terjerat kasus korupsi, padahal orang itu akhlaknya baik’. Sudah ada distorsi pemahaman akhlak di masyarakat,” ungkapnya.
Padahal akhlak atau moralitas itu menyangkut pada kesalehan lahiriyah dan bathiniyah. Lebih tegas, Malik Madani mengungkapkan bahwa tidak mungkin seseorang yang akhlaknya baik akan melakukan tindak pidana korupsi.
Sebelum menutup tausiyahnya, Malik Madani juga menyampaikan bahwa tujuan akhir ibadah puasa adalah untuk mencapai ketakwaan. Takwa pada substansinya adalah upaya umat islam dalam menghindari murka dan adzab Allah. Tidaklah disebut bertakwa jika dalam kehidupan sehari-hari tetap melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh agama, seperti korupsi dan kejahatan-kejahatan lainnya.
Hal yang senada disampaikan oleh Imam S Arizal. Dalam sambutannya, ketua PC PMII DIY tersebut mengungkapkan bahwa kehidupan dan pengamalan keagamaan masyarakat Indonesia lebih berorientasi pada formalisme dan simbolisme keagamaan dari pada substansi.
“Kalau pun ada penekanan pada substansi, ini lebih cenderung inward oriented, pada kesalehan personal-individual, bukan pada social religiousity,” ungkapnya.
Menurut Imam, yang lebih parah lagi adalah terjadinya jurang pemisah antara sikap keberagamaan di masjid atau rumah-rumah ibadah dan tingkah laku di kantor, di jalan raya dan sebagainya. Jiwa dan raga kita berpuasa tetapi pada saat yang sama kita tetap mempraktikkan tindak pidana korupsi, money politic, suap menyuap, dan segala bentuk kejahatan lainnya.
“Maka dari itu, kita perlu menggali substansi dari ibadah puasa ini. Jangan sampai kita termasuk golongan yang disebut oleh nabi sebagai orang yang hanya mendapat lapar dan haus, tetapi tidak mampu menginternalisasikan nilai-nilai puasa dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia, Basrawi Kangean menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi tujuan dilaksanakannya kegiatan ini. Pertama, untuk mempererat ikatan silaturrahim kader-kader PMII, khususnya dengan para alumni. Kedua, memahami nilai-nilai sosial ibadah di bulan Ramadhan. Ketiga, merumuskan rencana jangka panjang pengabdian PMII di masyarakat, serta revitalisasi pembangunan Student Center PMII DIY.
“Sudah bertahun-tahun pembangunan Student Center PMII DIY terbengkalai. Padahal alumni-alumni PMII Yogyakarta sudah banyak yang sukses, baik di ranah politik, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Namun hingga sampai saat ini, PMII DIY belum punya sekretariat permanen. Sarasehan ini harapannya menjadi jawaban atas mandegnya pembangunan Student Center tersebut,” ungkapnya.
Ditanya mengenai Student Center, Imam S Arizal mengungkapkan bahwa pembangunan gedung tersebut menjadi target utama dalam setahun ke depan. Nantinya Student Center akan dijadikan pusat kegiatan PMII DIY.
“Kalau target pembangunan Student Center terwujud, nantinya cita-cita besar PMII DIY, seperti membangun pesantren mahasiswa serta membentuk Pusat Kewirausahaan PMII akan mudah terealisasi,” tegas deklarator Forum Pemuda Kerukunan Umat Beragama (FP-KUB) ini di akhir sambutannya.
Acara bertema “Menggali Visi Sosial Bulan Ramadhan” ini juga dihadiri oleh Prof Dr Nizar Ali (Pembantu Rektor II UIN Sunan Kalijaga), Dr Ahmad Rifa’i, M.Phil., (Pembantu Rektor III UIN Sunan Kalijaga), jajaran Pengurus Ikatan Keluarga Alumni PMII DIY, serta kader-kader PMII se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Junaidi Abdurraham
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
5
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua