Nasional

Kata Gus Baha tentang Azan 'Hayya Alal Jihad'

Jum, 4 Desember 2020 | 01:00 WIB

Kata Gus Baha tentang Azan 'Hayya Alal Jihad'

Rais Syuriyah PBNU, KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha). (Foto: NU Online/Ahmad Hanan)

Rembang, NU Online 
Belakangan ini viral beberapa video berisi sekelompok orang melantunkan azan dengan menambahkan bacaan 'hayya alal jihad'. Fenomena itu tak pelak membuat sebagian umat Islam menjadi resah dan bingung tentang tujuan serta hukum atas azan yang berisi ajakan jihad tersebut.
 
Beberapa tokoh dan ulama telah memberikan tanggapan terkait peristiwa itu, salah satunya KH Bahauddin Nursalim atau yang dikenal dengan Gus Baha.
 
Gus Baha menuturkan, dahulu, bangsa Indonesia tergerak untuk berjihad saat dijajah oleh Belanda sesuai dengan konteksnya. Apalagi dikuatkan dengan fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH Hasyim Asy'ari sebagai ulama yang berpengaruh dan disegani.
 
“Semua itu kan muqtadhal hal (مقتضى الحال) yakni sesuai dengan konteksnya. Kalau dalam keadaan damai, orang juga tidak suka jihad,” tutur Gus Baha saat menjawab pertanyaan seorang jamaah tentang ajakan jihad dengan mengubah kalimat azan menjadi 'hayya alal jihad' dalam majelis pengajian di Pondok Pesantren Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA), Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu (2/12). Video tersebut diposting di Youtube Official LP3IA.
 
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini mengaku pernah membaca di beberapa literatur klasik yang berisi kewajiban jihad. Hal itu penting sebagai tuntunan umat Islam dalam berjihad. Karena bila tidak ada referensi dari kitab tersebut, umat Islam tentu bingung saat ada kewajiban berjihad melawan Belanda dan Jepang.
 
“Hukum itu berdasarkan muqtadhal hal (konteks). Maka hukum itu jadi gugur ketika muqtadhal hal itu tidak ada. Di mana-mana jihad itu ada konteksnya,” terangnya. 
 
Tetapi di luar konteks jihad, Gus Baha mengimbau umat Islam agar berpegang teguh pada sikap saling mencintai, melengkapi, menghormati, dan saling berdoa 'Allahummahdina fiman hadait' (Ya Allah tunjukkanlah padaku sebagaimana pada mereka yang telah Engkau beri petunjuk).
 
"Saya mohon, agama ini datang tidak suka adu-adu (pertikaian, red). Jadi yang tukang adu-adu harus tobat karena ancamannya berat. Termasuk contoh adu-adu, menyampaikan perkataan ini untuk membenturkan ini dan ini. Sudahlah, kamu dan kita semua membayangkan ketemu Allah berani tanggung jawab apa tidak?” pinta Gus Baha.
 
Pengasuh Pesantren LP3IA Rembang itu mencontohkan guru-gurunya seperti KH Maimoen Zubair dan ayahandanya KH Nursalim yang selalu berdoa 'allahumma allif baina qulubina wa ashlih dzaata bainina' dengan harapan agar hubungan selalu di antara sesama baik-baik saja.
 
“Jadi, kalau ingin Indonesia damai, semua wali, yang bukan wali, apalagi menjabat, harus berdoa. Yang bisa mendamaikan hanyalah kehendak Allah, kita tidak bisa, karena itu sudah sunnatullah,” harapnya.
 
“Saya mohon sekali, kita sering berdoa, kita disatukan oleh Indonesia, semuanya anak Indonesia harus kita hormati. Kita ingin Indonesia baik dan lebih baik. Karena PR kita ini banyak sekali, jangan habiskan hal-hal begitu. Ini bukan jawaban saya, tapi jawaban nurani seluruh Indonesia dan bangsa dunia,” pungkas Gus Baha. 
 
Kontributor: M. Zidni Nafi’
Editor: Syamsul Arifin