Majalengka, NU Online
Kapolda Jawa Barat Irjen Polisi Anton Charliyan mengingatkan kepada masyarakat Majalengka untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya. Sebab itu, pihaknya mengagendakan untuk safari khusus ke pesantren-pesantren yang ada di Jawa Barat.
"Berdasarkan data tahun ini para pelaku radikalisme paling banyak berasal dari Jawa Barat, 90 persen di tahun ini adalah di Jawa Barat itu kantongnya para teroris, untuk itu ke depan, jangan sampai terjadi lagi," ungkapnya saat berkunjung ke Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, Rabu (2/8).
Saat ini inteloransi dan radikalisme sudah berkembang tidak karuan dan sebetulnya bukan tugas polisi untuk memeranginya, karena ini berkaitan erat dengan perang keyakinan. Karena itu, untuk meyakinkan seseorang agar tidak menyangkut pemahaman radikalisme, pendekatannya itu harus langsung ke tokoh-tokoh agama dan pesantren.
"Pendekatannya itu harus menggunakan pendekatan pemahaman dari para alim ulama dan tokoh agama. Untuk para teroris ini jangan terlalu dibiarkan mereka itu, terlalu lama dibiarkan akhirnya menjadi mengakar. Makanya sekarang, minimal mereka para teroris ini harus dikucilkan. Supaya mereka jera. Saya mohon agar di pesantren tidak ada radikalisme," ungkapnya.
Selain itu, Kapolda juga meyakini bahwa Indonesia masih mencintai NKRI, salah satu bentuk penangkal adalah dengan merangkul tokoh masyarakat dan tokoh agama, di pesantren pesantren yang mereka kelola khususnya di Jawa Barat.
Ditempat terpisah pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan, KH Maman Imanulhaq mengatakan pihaknya akan konsen dari dulu hingga kini untuk melawan bandar narkoba, melawan teroris dan menjadikan Islam adalah spirit untuk perdamaian.
"Kami di pesantren masih berpegang teguh pada Pancasila dan NKRI. Kami jamin bahwa didikan di pesantren ini tidak ada indikasi inteoleransi ataupun yang mengarah ke radikalisme," ungkapnya. (Tata Irawan/Fathoni)