Nasional

Kadinkes Sulsel Minta Fatayat NU Bantu Cegah Stunting

NU Online  ·  Rabu, 21 November 2018 | 16:45 WIB

Kadinkes Sulsel Minta Fatayat NU Bantu Cegah Stunting

Orientasi Germas dan Sunting Fatayat NU di Makassar, Rabu (21/11)

Makassar, NU Online
Pengurus Pusat Fatayat NU menggelar acara orientasi Germas dan Sunting di Makassar, Sulawesi Selatan. Program yang bekerjasama dengan Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI ini fokus terhadap gerakan masyarakat sehat dan pencegahan stunting.

"Fatayat NU bergerak untuk pencegahan stunting sejak tahun 2012, lalu melakukan deklarasi Barisan Nasional Cegah Stunting yang diprakarsai oleh anggota atau kader Fatayat di berbagai level," ujar Sekretaris PP Fatayat NU, Margareth Aliyatul Maimunah, Rabu (21/11).

Sebagai organisasi perempuan berbasis sosial keagamaan, lanjut Margareth, Fatayat NU melakukan advokasi dengan banyak pihak, termasuk tokoh-tokoh lintas agama, eksekutif, legislatif, CSR dan bersama ormas-ormas lain.

"Upaya lain yang dilakukan adalah dengar pendapat dengan komisi-komisi di DPR RI. Harapannya mereka bisa membantu dari segi kebijakan sekaligus kepada beberapa Kementerian agar dapat didukung secara maksimal dari segi program," imbuhnya.

Tahun ini, Sulawesi Selatan memasuki tahun ketiga bagi Fatayat NU untuk menjadi kepanjangan tangan dari Kementerian Kesehatan yang menjadi wilayah pertama yang melakukan gerakan masyarakat hidup sehat pada tahun 2016. 

"Tahun 2016 Fatayat NU menjadi organisasi perempuan pertama di Sulsel yang menjadi mitra pemerintah pusat dalam program Germas," jelas Nurul Ulfah, ketua wilayah Fatayat NU Sulsel.

Sementara itu, menurut Bayu Aji, pejabat Kemenkes dari Dirjen Promosi Kesehatan menyatakan selama ini Fatayat NU memiliki andil yang besar terhadap sosialisasi program-program pemerintah kepada masyarakat. "Karena Fatayat memiliki basis massa yang solid sampai akar rumput sehingga memudahkan kami menyadarlan masyarakat tentang Germas ini," ujarnya.



Sebagaimana diketahui, angka stunting di Indonesia masih bertengger di angka 37,2 persen skala nasional. Di lokal Sulawesi Selatan beberapa kabupaten masih menduduki zona merah angka stunting. Empat yang tertinggi berdasarkan hasil PSG 2017 adalah Enrekang 45.9 persen; Tana Toraja 43 persen; Toraja Utara 42,4 persen; dan Pangkep 41,9 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Bahtiar Baso mengatakan bahwa program-program prioritas untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Sulsel terus digalakkan. Secara kuratif direncanakan pembangunan rumah sakit regional di beberapa titik kabupaten yang aksesnya masih sulit. Pengadaan mobil ambulans skala besar serta tunjangan biaya pendidikan bagi mahasiswa kedokteran spesialis. 

"Langkah percepatan yang dilakukan pemerintah adalah terus menggalakkan intervensi 1000 hak pasien keluarga (HPK), karena di masa itu adalah kuncinya," jelasnya.

Namun, disadari bahwa penyebab sensitif dari stunting adalah faktor-faktor lain sebanyak 70 persen. Di antaranya kebersihan lingkungan, pola asuh, sanitasi, paparan asap rokok, dan lain-lain turut menyumbang tingginya angka stunting dan bersifat jangka panjang.

Selain itu banyaknya angka perkawinan anak di beberapa kabupaten di Sulsel manjadi penyumbang besar tingginya angka stunting. Akibatnya, mata rantai kemiskinan dan stunting itu sendiri makin susah diputus.

"Nah, ini Fatayat bisa melakukan. Mengedukasi masyarakat untuk pencegahan stunting. Makanya saya ajak terus ayo Fatayat bantu kami pemerintah biar tercapai tujuan kita bersama dan beban pemerintah bisa jadi lebih ringan," pungkasnya. (Red: Kendi Setiawan)