Batam, NU Online
Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kemenag, H Abdurrahman Mas'ud meminta para peneliti Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, Manajemen Organisasi (LKKMO) yang melakukan Benchmarking (Studi Banding) Luar Negeri untuk menerapkan hasil kegiatan tersebut.
Hal tersebut dikatakan Kaban saat memberi pengarahan dalam pembukaan Seminar Hasil Benchmarking Model Kajian Khazanah Keagamaan di tiga negara yang dihelat di Hotel Harmoni Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (24/10).
“Ini merupakan tanggung jawab kita untuk melaksanakan hasil studi banding ke sejumlah negara. Penerapan hasil benchmarking jelas merupakan tantangan kita di masa mendatang,” tandasnya.
Menurut Kaban, Benchmarking setidaknya memiliki dua maksud. Pertama, untuk membuka jaringan dan menjajaki kemungkinan kerjasama dengan mitra-mitra strategis dalam hal penelitian dan pengembangan serta pengelolaan warisan budaya (cultural heritage), khususnya khazanah keagamaan (religious heritage) Nusantara. Maksud ini juga terkait dengan internasionalisasi kelembagaan Puslitbang LKKMO dan diseminasi hasil-hasil kelitbangannya.
“Kedua, untuk meningkatkan kinerja Puslitbang LKKMO melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan kompetensi peneliti atau pegawainya terkait dengan model penelitian dan pengembangan serta pengelolaan cultural heritage, khususnya manuskrip dan khazanah keagamaan (religious manuscript and heritage),” paparnya.
Dalam laporan sebagai penanggung jawab kegiatan, Kepala Puslitbang LKKMO HM Zain mengatakan, Benchmarking Model Kajian Khazanah Keagamaan di Luar Negeri tahun 2018 yang dipaparkan di Batam baru tiga negara, yaitu Jerman (Hamburg), Jepang (Osaka dan Tokyo), serta India (New Delhi, Agra, dan Aligarh). Banyak hal menarik yang telah dilaporkan para peneliti.
“Selebihnya Iran, Mesir, dan Maroko. Nanti akan kita paparkan juga dalam waktu dekat,” tandas Doktor Hadis jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Untuk Benchmarking di Iran, pria asal Mandar Sulawesi Barat ini mendapat cerita menarik dari penelitinya, Reza Perwira. Di negeri para mullah itu rupanya bukan hanya manuskrip yang diteliti. “Tapi kutu-kutu buku juga ada profesor-nya. Jadi, ternyata kutu buku yang ada di cover manuskrip kuno itu diteliti juga. Bukan hanya isinya, namun juga kutu-kutunya. Jadi, kutu buku ada ahlinya,” ujar Zain disambut aplaus hadirin.
Ia teringat buku Fernando Baez, Penghancuran Buku dari Masa ke Masa. Bahwa ada ribuan spesies kutu buku yang merusak buku. Kutu buku sangat berbahaya dalam penghancuran manuskrip di samping pembakaran dan bencana alam. Atau lapuk termakan waktu.
Selain para peneliti Puslitbang LKKMO, hadir dalam pembukaan tersebut para undangan dari Kanwil Kemenag Kepulauan Riau, Kasi Madrasah Kemenag Kota Batam HM Dirham, dan sejumlah akademisi seperti Rektor IAIN Bengkulu Sirojuddin. Acara yang dijadwalkan selama tiga hari, Rabu-Jumat, 24-26 Oktober 2018 ini dihadiri 100 peserta. (Musthofa Asrori/Kendi Setiawan)