Nasional MTQN XXVI NTB

Jokowi: Islam Indonesia Ibarat Resep Obat yang Paten

Ahad, 31 Juli 2016 | 01:45 WIB

Mataram, NU Online
Islam di Indonesia ibarat resep obat yang paten, yakni Islam yang moderat. Negara lain di seluruh dunia harus membuka mata dan belajar Islam di negeri mayoritas Muslim ini. Sudah saatnya Indonesia menjadi sumber pemikiran dan pembelajaran Islam dunia.

Hal tersebut dikatakan Presiden Joko Widodo saat membuka perhelatan Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Nasional (MTQN) ke-26 Islamic Centre, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (30/7) malam.

Presiden Jokowi menegaskan pentingnya Indonesia mengambil peran sebagai pusat keilmuan Islam. “Negara lain harus melihat dan belajar Islam di Indonesia karena Islam Indonesia sudah seperti resep obat yang paten yakni Islam yang moderat. Sedangkan kalau kita lihat negara-negara lain masih mencari formulanya,” ujar Presiden.

Oleh karena itu, Jokowi mendambakan sebuah institusi pendidikan Islam bertaraf internasional berdiri di Indonesia. Perpres pendirian universitas Islam internasional pun telah ditandatangani beberapa pekan silam.

“Saya sudah mengeluarkan Perpres tentang pendirian universitas Islam internasional. Harapan saya, universitas ini akan menjadi sumber ilmu, sumber kajian Islam, sumber cahaya moral Islam dan benteng bagi tegaknya nilai-nilai Islam yang berkeseimbangan, Islam tasamuh atau toleran, dan Islam yang egaliter," jelasnya.

Melalui MTQ, Jokowi memiliki harapan nilai-nilai Al-Qur’an bisa lebih membumi di republik ini dan dapat diamalkan masyarakat kita. Ketika amalan-amalan Al-Qur’an sudah dipegang teguh umat Islam, niscaya Indonesia yang damai dan sejahtera akan segera terwujud.

“Saya berharap MTQ yang telah membudaya di tengah masyarakat kita selain berkembang dari segi syiar dan kualitas penyelenggaraannya juga dapat mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia. MTQ harus mampu membumikan Al-Qur’an sehingga lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat kita,” tandasnya.

Sekarang ini, lanjut Jokowi, masih banyak orang yang mudah mengumpat, merendahkan, dan menjelek-jelekkan orang lain. “Sopan santun diabaikan. Ungkapan-ungkapan pedas penuh kebencian yang asal bunyi berkembang luar biasa khususnya di media sosial. Hal tersebut semakin menjadi-jadi ketika terjadi kontestasi politik,” ungkapnya.

Jokowi menambahkan, ketika kita mampu mengamalkan isi Al-Qur’an, pada saat yang sama kita sedang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dan yang mengutamakan pembelaan kepada yang lemah, fakir dan miskin. (Musthofa Asrori/Mahbib)