Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, KH Abdussalam Sohib (Gus Salam) mengatakan Pilpres yang akan berlangsung tahun depan sebagai agenda yang harus diikuti dengan ketenangan dan kegembiraan.Ā
āBagi Nahdliyin tidak boleh bertindak yang melanggar perilaku sebagai Nahdliyin,āujar Gus Salam, Rabu (14/11).Ā
Cucu pendiri NU, KH Bisri Syansuri ini juga menegaskan Pilpres tidak boleh dihadapi dengan tindakan di luar etika atau di luar akhlak yang sudah didalami oleh santri di pesantren yaitu menjaga kedamaian dan menjaga akhlak yang baik.
āKontestasi Pilpres harus berproses pada hal-hal substantif yaitu membangun kekompakan, kebersamaan dan menyejahterkan rakyat,ā katanya.
Bangsa Indonesia, lanjut Gus Salam, harus tetap dalam kebersamaan agar tidak terpecah-pecah. Masyarakat harus belajar dari apa yang terjadi di berbagai negara di Timur Tengah di mana kontestasi politik menjadi pemicu perpecahan berlarut-larut yang mengorbankan nyawa.Ā
Ia optimis masih banyak ulama di Indonesia yang konsisten merawat negara ini dengan akhlakul karimah, sehingga Indonesia akan aman melewati ujian dan tantangan termasuk dalam kontestasi politik.
(Baca: Soal Tata Cara Sandiaga Uno Ziarah, Cucu Kiai Bisri Harap Masyarakat Memaafkan)
Sebelumnya Gus Salam menanggapi permintaan maaf Sandiaga Uno terkait tindakannya saat berziarah ke makam KH Bisri Syansuri. Dalam ziarah tersebut, Sandi diketahui melangkahi makam Kiai Bisri, padahal banyak umat Islam memegang prinsip bahwa etika berziarah adalah dilarang melangkahi makam.Ā
Menurut Gus Salam, permintaan maaf Sandiaga harus direspons dengan sikap memaafkan, walaupun tindakan Sandi sebagai hal yang tidak pantas dan menyalahi etika dalam berziarah.
āPrinsipnya sebagai Nahldiyin, tindakan Pak Sandi adalah hal yang tidak pantas dan menyalahi etika berziarah. Tentu dari sisi itu menyesalkan. Tapi, setelah beberapa hari peristiwa tersebut hari menjadi komoditas publik dan kontroversi dan kemudian Sandiaga meminta maaf, tidak ada alasan untuk tidak memaafkan," katanya.
Kesediaan memaafkan juga diharapkan tumbuh dari warga NU lainnya. Hal itu karena KH Bisri Syansuri bukan hanya milik keluarga, namun juga banyak santri yang tersebar di berbagai daerah. āBanyak santri warga NU yang sempat menyesalkan dan tersinggung juga harus memaafkan. Pak sandi juga sudah meminta maaf, tidak ada alasan untuk tidak memaafkan,ā tegasnya lagi.
Kesalahan yang dilakukan Sandi, kata Gus Salam, hendaknya dapat diambil pelajaran dari sisi apa pun agar ke depan tidak terulang. āAda sebuah ungkapan bahwa seorang Muslim yang cerdas tidak akan terjebak pada lubang (kesalahan) yang sama,ā ungkapnya. (Kendi Setiawan)