Nasional

Jamiyah Tarekat Siapkan Munas Kaltim 2014

NU Online  ·  Senin, 6 Januari 2014 | 16:03 WIB

Malang, NU Online
Menjelang diselenggarakannya Musyawarah Nasional (Munas) Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah Annahdliyah (Jatman) di Kalimantan Timur tahun ini, pengurus Idaroh Aliyah saat ini mulai melakukan persiapan-persiapan.<>

Senin (6/1) Pengurus Idaroh Aliyah menyelenggarakan rapat persiapan di Pondok Pesantren Al-Hidayah Donowarih Karangploso Malang asuhan Kiai Syamsul Arifin. Dalam rapat ini, pengurus mengumpulkan dan merumuskan permasalahan-permasalah yang muncul di masyarakat, baik yang sudah terkumpul dalam Idaroh Syubiyah maupun Wustho untuk kemudian dibawa ke dalam Musyawarah Nasional nanti di Kalimantan Timur.

“Dalam rapat ini akan dirumuskan dan ditampung semua permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat dan sudah dikumpulkan oleh idaroh Syu’biyah dan wustha. Yang mana semua permasalah ini akan dibawa dalam Munas di kalimantan Timur nanti,” kata Ust. Rahmat salah seorang panitia lokal rapat itu.

Dalam rapat ini hadir sekitar duapuluh kiai dari dan ulama thariqah dari beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seperti Malang, Probolinggo, Sarang, Demak dan Mranggen. Rapat dipimpin oleh Katib Aliyah Jatman Kiai Zaenal dari Demak.

Setidaknya tidak kurang dari duabelas permasalahan yang telah dirumuskan dalam rapat ini. Semua masalah itu disaring dari sekian banyak pertanyaan yang dihimpun oleh idaroh Syubiyyah dan Wustha. Hal demikian terjadi karena ada beberapa permasalahan yang sama, juga ada beberapa permasalahan yang disatukan dalam satu rumusan.

Semua Kiai thariqah yang hadir dalam forum itu bermusyawarah dengan cukup hati-hati. Benar-benar meneliti permasalahannya dan redaksi pertanyaannya. Dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang baik untuk semua kalangan masyarakat dan menghindari sejauh mungkin kesalah pahaman.

Berkali-kali Kiai Zainal selaku pimpinan rapat meminta dibacakan rumusan masalahnya point-perpoint dan meminta pendapat para hadirin apakah redaksinya sudah benar-benar tepat.

Tujuh dari dua belas masalah yang dianggap penting itu adalah: 1) Masih sah kah intisab baiat seorang murid yang keluar dari aqidah Aswaja An-Nahdliyah; 2) Bagaimana hukum berbaiat tariqah pada guru yang diluar Ahlussunnah wal jamaah; 3) Menentukan sikap atas rencana-rencana pemerintah Arab Saudi yang sedang dan akan terus melakukan renovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi hingga hendak menghilangkan tempat-tempat bersejarah Islam;

4) Bagaimana merumuskan tashawuf secara lebih proporsional agar thariqah bisa diterima semua kalangan, seperti pegawai negeri, tentara, polisi dan lain sebagainya; 5) Bagaimana sikap ahlith thariqah dan Mutshawwifin dengan fenomena gerakan Islam transnasional; 6) dalam konteks sejarah piagam madinah dan ke-Indonesia-an bagaiamana langkah-langkah untuk mengimbangi ide-ide Gerakan Islam Trans-Nasional itu; dan 7) Perlukah umat Islam memiliki seorang figur internasional yang menjadi panutan umat Islam seluruh dunia dalam konteks kondisi umat Islam saat ini.

“Khusus yang berkaitan dengan luar negeri, seperti Arab Saudi kita sepakat untuk menyampaikan aspirasi umat Islam Indonesia atas apa-apa yang menjadi kebijakan negara itu,” kata Kiai Zainal di muka rapat.

“Kita tahu bahwa Saudi Arabia adalah kerajaan, tapi ini bukanlah penghalang karena kita yakin bahwa kebijakan raja itu juga karena aspirasi dari bawah,” tambahnya. (Ahmad Nur Kholis/Anam)