Nasional

Islam Nusantara Layak Menjadi Rujukan Internasional

NU Online  ·  Selasa, 1 Mei 2018 | 06:00 WIB

Islam Nusantara Layak Menjadi Rujukan Internasional

Sebagian Peserta Forum High Level Consultation of World Muslim Scholars On Wasatiyyah Islam

Jakarta, NU Online
Forum High Level Consultation of World Muslim Scholars On Wasatiyyah Islam (HLC-WMS) secara resmi telah dibuka, Selasa (1/5). Forum pertemuan para ulama dan juga cendekiawan muslim dari berbagai negara ini akan dilaksanakan di Bogor dan Jakarta pada 1-4 Mei 2018.

Steering Committee HLC-WMS, HA Helmy Faishal Zaini berharap forum pertemuan ulama dunia tersebut dapat memberikan sumbangan yang konkret bagi dakwah Islam yang ramah pada level internasional.

Terlebih dalam pandangan Helmy, hal tersebut semakin diperlukan mengingat banyaknya konflik dan juga gejolak yang belakangan kerap mengguncang dunia internasional.

“Tentu saja Islam yang ramah, yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW dan juga sebagaimana diwariskan para ulama, utamanya di Nusantara layak dijadikan rujukan dan referensi internasional,” jelas Sekjen PBNU ini sebagaimana rilis yang diterima NU Online.

Ia juga berharap forum ini akan melahirkan keputusan dan rekomendasi bersama tentang pengembangan dan komitmen mengajarkan dan mendakwahkan Islam yang santun dan toleran.

“Para Cendikiawan, ulama dan juga akademisi akan menuangkan gagasan dan juga sumbangsih pemikiran yang dituangkan dalam komitmen bersama. Ini sangat penting untuk perkembangan dakwah Islam Internasional,” imbuh Helmy.

Forum ini digelar oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP).

Tokoh ulama dan cendekiawan yang hadir di antaranya berasal dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Lebanon, Suriah, Aljazair, Singapura, Filipina, India, Bangladesh, China, Australia, Perancis, Kanada, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, Uzbekistan, Inggris dan Rusia. Kemudian dari Iran, Timor Leste, Sri Lanka, Palestina, Italia, Bosnia-Herzegovina dan Yordania. (Red: Muhammad Faizin).