Nasional

Islam Nusantara di Mata Antropolog Amerika

Ahad, 13 Januari 2019 | 09:30 WIB

Jakarta, NU Online
Wacana Islam Nusantara kian santer terdengar pasca-Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama yang digelar di Jombang pada Agustus 2015 silam. Pasalnya, istilah tersebut menjadi tema pada perhelatan akbar lima tahunan itu.

Peneliti Indonesia asal Amerika Serikat Robert W. Hefner melihat bahwa frasa itu dikenal sebagai wujud kebanggaan komunitas Muslim Indonesia akan keindonesiaannya. Ia, begitupula rekan-rekannya yang lain dari berbagai negara, mengakui bahwa masyarakat Indonesia itu begitu cinta dengan negaranya.

"Islam Nusantara adalah suatu kebanggaan terhadap gaya hidup mereka sebagai orang Indonesia dan pengakuan bahwa sebetulnya adat istiadat Indonesia yang benar itu tidak sama sekali bertentangan dengan agama Islam," kata Robert kepada NU Online saat ditemui usai memberikan kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Jalan Taman Amir Hamzah, Pegangsaan, Jakarta Pusat pada Jumat (11/1).

Lebih dari itu, Guru Besar Antropologi Universitas Boston, Amerika Serikat itu juga menyatakan bahwa praktik tradisi Islam Nusantara itu justru merupakan tafsiran positif atas inti ajaran Islam sendiri.

"Bahkan memberikan sebuah tafsiran yang sangat positif terhadap nilai-nilai Islam yang benar, betul, dan pokok," tegasnya.

Hefner menjelaskan bahwa pada dasarnya, Islam Nusantara merupakan lanjutan tradisi masa lalu yang terus dipraktikkan oleh tidak hanya kalangan NU, tetapi mayoritas Muslim di Indonesia.

"Islam Nusantara lanjutan sesuatu sejak dulu di kalangan Nu dan di kalangan sebagian besar dari komunitas Muslim di sini," ujarnya.

Ia melihat bahwa ada jiwa yang sejak dulu sudah hidup jauh sebelum istilah itu digaungkan. "Walaupun istilahnya baru, menurut pengalaman saya di kalangan NU selama lebih dari 40 tahun, ada jiwa seperti itu jauh dulu sebelum istilah itu diciptakan," pungkasnya. (Syakir NF/Fathoni)