Nasional

Ironis, Kondisi Makam Pendiri IPNU Ini Kurang Terawat

NU Online  ·  Selasa, 21 Maret 2017 | 06:18 WIB

Solo, NU Online

Pada penelusuran jejak penyebaran Islam di daerah Pajang Laweyan Surakarta, belum lama ini (16/3), kami sempat singgah ke sebuah kompleks Pemakaman Pulo, yang kebetulan terletak tak jauh dari Masjid Laweyan. Menurut kabar yang kami terima, di pemakaman tersebut terdapat makam satu pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), KH Mustahal bin KH Ahmad Masyhud. Momentum ziarah ini tentu juga tepat, mengingat organisasi pelajar NU ini baru saja memperingati Hari Lahir ke-63.

Tiba di pemakaman, kami pun sempat berziarah ke beberapa makam para tokoh ulama Solo yang dimakamkan di tempat tersebut, antara lain KH Ahmad Shofawi, KH Asy’ari, KH Muhammad Sulaiman, dan lain sebagainya.

Makam para tokoh tersebut terletak dalam sebuah bangunan, yang kemungkinan menjadi area pemakaman keluarga dari KH Ahmad Shofawi, yang merupakan salah satu pendiri Pesantren Al-Muayyad. Namun, letak makam yang menjadi tujuan pencarian kami belum jua ditemukan.

Penuh Semak Belukar

Hingga akhirnya, kami pun bertemu dengan seorang warga setempat. Saat kami temui, wanita yang enggan menyebut namanya tersebut, tampak sedang menyapu sekitar belakang bangunan makam keluarga KH Ahmad Shofawi.

Kami kemudian ditunjukkan ke salah satu makam yang penuh dengan rerumputan dan tanaman liar. “Ini makamnya Pak Mustahal dan istrinya. Ya kondisinya memang tidak terawat begini. Paling kalau lebaran atau ruwah, ada yang ke sini,” kata dia.

Setelah kami cek, tulisan yang tertera pada makam memang betul: H. Mustahal Achmad Masyhoed. 8 Januari 1935. Wf 1 Juli 1994. (tulisan ini sekaligus meralat tulisan berjudul KH Mustahal Ahmad, Perintis Tiga Banom NU, di mana disebutkan KH Mustahal Achmad lahir 31 Januari 1935,-red).

Sembari membersihkan makam, ia pun menunjuk makam yang ada di dekat makam KH Mustahal. Kondisinya bahkan dipenuhi semak belukar. “Kalau yang ini makam Bapak dan Ibu Mawardi (Machmudah Mawardi,-red),” ujarnya.

Machmudah Mawardi merupakan kakak Mustahal, yang pernah mengemban amanah sebagai Ketua PP Muslimat NU selama delapan periode.

Keadaan kedua makam tersebut, tentu sangat disayangkan. Mengingat jasa keduanya yang begitu besar, baik untuk NU maupun Umat Islam.

Saat kami konfirmasi hal ini kepada sejumlah pengurus IPNU dan PMII di Kota Solo, sebagian dari mereka bahkan mengaku tidak mengetahui keberadaan makam tersebut.

“Insyaallah akan kita masukkan dalam agenda ziarah, sebagai rangkaian Harlah PMII mendatang,” terang Ketua PC PMII Surakarta, Bahar. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)