Nasional

IPNU Yogyakarta Hadirkan Para Sastrawan Pesantren

Sen, 30 Desember 2013 | 04:02 WIB

Bantul, NU Online
Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Komunitas Matapena sukses melaksanakan “Liburan Sastra di Pesantren (LSdP) ke-11” di Pondok Pesantren Al-Mahalli Wonokromo Bantul, Yogyakarta, 27-29 Desember 2013.
<>
LSdP ke-11 menghadirkan penulis dan sastrawan senior Indonesia seperti Ahmad Tohari dan Joni Ariadinata, serta penulis generasi baru dari kalangan pesantren seperti Isma Kazee, Mahbub Djamaluddin, Zaki Zarung, dan Pijer Sri Laswiji.

Kegiatan ini diikuti 60 peserta dari beberapa pesantren di Jawa, seperti Pesantren Darul Amanah Kendal Jawa Tengah dan Pesantren Al-Mizan Majalengka Jawa Barat.

Ahmad Tohari dalam sesi “Ayo Menulis” menegaskan, dibutuhkan ketelatenan dan keuletan dalam proses menjadi penulis. Kegiatan menulis tak akan bisa menghasilkan jika dilakukan dengan otak kosong. Oleh karena itu, seorang penulis harus juga banyak membaca.

Penulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ini menggarisbawahi, selain shalat dan syariat juga memerintahkan membaca. Pernyataan “iqra” (bacalah!) dalam al-Qur’an justru turun sebelum ayat-ayat yang lain. “Majunya sebuah Negara ikut ditentukan oleh tingginya minat baca warga negaranya,” imbuhnya.

Aguk Irawan, penulis novel Sang Penakluk Badai, yang juga ikut meramaikan LSdP ke-11 ini mengatakan, menulis dan bersastra adalah tradisi asli pesantren yang penting untuk digerakkan kembali sebagaimana telah dimulai oleh Komunitas Matapena.

Para peserta dibimbing untuk mengeksplorasi segenap potensi mereka untuk melahirkan sebuah karya tulisan. Acara penutupan LSdP ke-11 dimeriahkan oleh pembacaan puisi oleh penyair Evi Idawati dan kader IPNU Yogyakarta.

Selain itu, Sanggar Lincak dari UGM, Tari Jaipong dari Fakultas Adab UIN Yogyakarta, serta pentas lakon cerpen oleh peserta juga ikut meramaikan suasana. Usai penutupan, peserta, fasilitator dan panitia berdiri melingkar untuk berbagi kesan dan pengalaman.

“Acaranya seru. Di luar dugaan saya yang semula beranggapan hanya akan diikuti oleh peserta dari Yogyakarta. Tapi, ternyata pesertanya beragam, sesuai dengan tema yang diusung,” tutur salah seorang peserta dari Wonokromo dengan ekspresi bahagia. (Nor Ismah/Mahbib)