Nasional CATATAN AKHIR PEKAN

IPNU-IPPNU Gaul, Bukan Galau

Ahad, 3 Maret 2013 | 02:27 WIB

Jakarta, NU Online
Membaca kabar-kabar dari IPNU-IPPNU di pelbagai daerah, dari tingkat ranting, pengurus anak cabang, cabang hingga wilayah, menyembulkan rasa optimistik dalam ber-NU.

<>

Begitupun melihat aksi-aksi organisasi dari rekanita-rekan IPPNU-IPNU di tingkat pusat.

Lihatlah! Di sebuah kecamatan di Gresik-Jatim, rekan IPNU punya kesebelasan yang sudah berumur lebih dari sepuluh tahun. Mereka terus menerus kaderisasi di bidang sepak bola. Mereka bertanding di mana-mana, termasuk dengan tim yuniaro dari kesebelasan PSM Malang. Meski IPNU hanya mendapatkan 0 gol, sementara PSM 9 gol, tapi ini berita gembira, karena berarti rekan-rekan IPNU itu “gaul”.

Baru-baru ini, PC IPNU-IPPNU Lampung Tengah menyelenggarakan Latihan Kader Muda. Seribu persen, kabar itu membahagiakan! Karena itu tanda-tanda organisasi bergulir dan juga “gaul”: dilaksanakan di pesantren, dan dihadiri para kiai dan guru-guru.

Ada kabar IPNU-IPPNU di Madura adakan Maulid Nabi dengan PMII, tentu ini membuat kita berseri-seri. Itu tanda-tanda bahwa rekan-rekanita paham dengan siapa semestinya adakan Maulid Nabi. Ini juga berarti mereka cukup “gaul”.

Rekanita IPPNU di Kabupaten Pati-Jawa Tengah, memiliki bimbingan konseling yang keren, sehingga berhasil menarik perhatian DPRD Pekalongan untuk studi banding. Kurang gaul seperti apa IPPNU kan? Meski yang studi banding “hanya” DPRD, bukan rektor Universitas Al-Azhar dari Mesir, misalnya.

Lebih “gaul” lagi IPNU-IPPNU di tingkat pusat. Sebab, belum dilantik pun, mereka sudah mulai bekerja. Salah satunya dengan Badan Narkotika Nasional. Disaksikan pengurus PBNU, mereka menandatangani surat kesepakat untuk kampanye anti Narkoba, dengan BNN.

Banyak sekali kabar-kabar gembira dari para kader IPNU-IPPNU. Itu pun belum semua terkabarkan di situs resmi PBNU, entah karena tidak ada akses internet, entah karena tidak mengerti, entah karena lebih mudah memasang foto di media sosial semacam Facebook.

Sekedar contoh “pergaulan” rekan-renita IPNU-IPPNU sangat perlu diapresiasi oleh siapapun. PBNU mengapresiasi PP IPNU dan IPPNU, PCNU, mengapresiasi PC IPNU dan IPPNU, MWC NU mengapresiasi PAC IPNU dan IPPNU, sebagai sesama badan otonomi, Fatayat, Muslimat, GP Ansor, juga Lazisnu atau Lakpesdam, kudu mengapresiasi IPNU-IPPNU, kiai mengapresiasi santrinya yang aktivis IPNU-IPPNU, meski ngajinya ngantuk, dan suka bolos. 

Tentu saja, apresiasinya yang bisa dirasakan oleh adiknya yang manis-manis itu, tidak cukup hanya dengan salaman atau melongok kantornya yang sempit di belakang langgar, di rumah kontrakan, atau di ruang OSIS. Apresiasinya harus lebih dari itu. Tapi kalau tidak bisa lebih, ya, sekedar salaman pun sudah lumayan, yang penting jangan di bawah lumayan.

Sekali lagi, kita patut bahagia dan bangga dengan IPNU-IPPNU bahwa mereka “gaul”. Mereka tidak murung, tidak melamun, tidak mudah bertanya yang tidak penting, tidak keruan pikirannya. Bahasa pendeknya, mereka jauh dari “galau”. Perlu ditegaskan, mereka tidak “galau”, meski sedang musimnya.

Mereka pun sudah memaknai “gaul” dengan semestinya, yakni bersahabat, menjalin kerjasama, meneguhkan silaturahim, memperluas jaringan, dengan orang atau institusi yang memang sudah semestinya mereka kenal dan dekat. Pendek kata dan paling tidak, “gaul” mereka sudah seperti salah satu makna “gaul” yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia! Gaul menurut IPPNU-IPNU, buka model baju terbaru, bukan mengunjungi tempat-tempat maksiat, bukan pula selalu menonton gosip di televisi.

Meskepun demikian, tak sepatutnya rekan-rekanita puas dengan prestasi yang diraih sekarang ini. Di tengah kegembiraan merayakan hari lahir, IPNU yang ke-59 dan IPPNU yang ke-58, bagus sekali untuk merefleksikan diri, agar tahun-tahun berikutnya lebih “gaul” lagi. Dan jangan lupa, “gaul” pun harus bisa kritis, menjaga jarak, dengan orang --entah orang sebaya, senior, dan junior-- atau institusi yang “digauli”.

Misal, ini misal saja. Ketika PP IPNU-IPPNU menjalin kerja bareng dengan BNN atau IPNU di daerah punya proyek dengan dinas-dinas pemerintahan, tetap harus kritis dan menjaga jarak, dan alangkah baiknya ikut membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan masyakarat pada BNN misalnya. 

Ada pertanyaan, kenapa BNN menangkap Raffi Ahmad, tapi tidak menangkap pedagang kelas kakap di Jakarta wilayah Kota atau di Tanahabang? Gembongnya mana? Konon pedagang Narkoba di dua tempat tersebut ceto welo-welo, seperti orang jual kain atau minuman mineral.

Nah, IPNU harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Itu sekedar misal kecil. Sudah “gaul” itu IPNU-IPPNU kerja dengan BNN. Tapi lebih “gaul” lagi jika kritis padanya, IPNU-IPPNU tetap berdiri bersama masyarakat, bukan di belakang BNN. Jadi begitu. Selamat hari lahir rekan-rekanita IPNU-IPPNU! (Hamzah Sahal