Nasional

IPNU Harus Jadi Pelopor Pelajar Kemaritiman

Sel, 16 Juli 2019 | 05:30 WIB

IPNU Harus Jadi Pelopor Pelajar Kemaritiman

Wawan Hari Purwanto.

Jakarta, NU Online
Sektor maritim menjadi salah satu fokus garapan pemerintah. Bahkan, bidang tersebut dicanangkan menjadi poros dunia. Tentu hal tersebut bukan hal mustahil mengingat lautan Indonesia cukup luas dengan 17 ribu pulau yang dihubungkannya.

Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) merasa bertanggung jawab juga untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Hal ini tertuang dalam Focus Grup Discussion (FGD) yang bertema Pelajar Maritim Mewujudkan Kemandirian menuju Poros Maritim Dunia di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lantai 4, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (15/7).

Wawan Hari Purwanto sebagai narasumber diskusi tersebut menyambut baik kegiatan yang diinisiasi oleh pelajar NU itu. Menurutnya, IPNU sangat tepat menggelar diskusi tersebut mengingat generasi muda memiliki inovasi. "Resource limited, but innovation unlimited, (sumber daya itu terbatas, sedangkan inovasi tak terbatas)," katanya.

Meskipun demikian, sumber daya itu juga penting guna mendukung upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan budaya maritim. Tentu sumber daya manusia (SDM) menjadi hal yang tak dapat dipungkiri harus diperkuat. "Sekolah kemaritiman perlu diperbanyak. Dengan adanya itu pemahaman publik akan semakin luas," katanya.

Selain itu, pria yang pernah menjadi staf Menteri Pertahanan itu juga mengungkapkan bahwa energi harus diperkuat guna mendukung bidang ekonomi. "Sektor ekonomi kelautan harus didukung energi," ujarnya.

Pasalnya, tanpa energi, ekonomi sulit tumbuh mengingat ikan-ikan yang tidak bisa diawetkan di ruang pendingin khusus karena ketiadaan energi yang mampu menghidupkannya. Hal inilah, menurutnya, yang harus dipikirkan pemerintah ke depan dengan peningkatan SDM di bidang-bidang terkait.

Tidak cukup sampai di situ. Pertahanan laut juga perlu diperkuat. Hal ini, katanya, mulai muncul pembangunan pos-pos pertahanan baru. "Perkuat industri pertahanan laut. Kalau tidak nanti jadi bulan-bulanan," ujarnya.

Hal yang perlu diperhatikan lagi, menurutnya, adalah budaya maritim yang belum kuat, serta komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut secara baik. "Kalau tidak, maka yang mengelola orang lain. Bahkan ada seolah-olah dia yang memiliki. Begitu ada yang kosong kita masuk duluan," jelasnya.

Lebih lanjut, Wawan menjelaskan bahwa nelayan merupakan pilar utama dalam wilayah maritim. Ia mendorong adanya transmigrasi nelayan untuk mengisi wilayah laut yang masih kosong. "Saya mendorong transmigrasi nelayan untuk menjaga wilayah kosong dengan catatan didampingi," jelasnya.

Wawan juga menyinggung sektor pariwisata laut yang menjadi salah satu kekayaan negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Pasalnya, Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang paling indah sehingga potensinya luar biasa. Karenanya, hal ini perlu dikelola dengan baik. Sebab, menurutnya, negara yang industri pariwisatanya maju itulah negara maju.

Di samping itu, pria yang menamatkan studi doktoralnya di Universitas Padjadjaran itu juga menyampaikan bahwa kemaritiman juga perlu didukung dengan komunikasi antarnegara yang baik. "Perlu diperkuat kemampuan komunikasi antarnegara," pungkasnya.

Diskusi ini juga menghadirkan Dekan Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Flora Kalalo sebagai narasumber bidang hukum laut. Hadir pula perwakilan dari organisasi kepemudaan lain dan perwakilan dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal. (Syakir NF/Kendi Setiawan)