Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu
NU Online · Senin, 7 April 2014 | 17:01 WIB
Surabaya, NU Online
Banyak yang terkejut saat hadir pada pesta pernikahan putri Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Miftachul Akhyar Ahad (6/4) kemarin. Mengapa? Tuan rumah memberikan suvenir berupa buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" kepada tamu undangan.
<>
Sehari usai resepsi, Kiai Miftah, sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi NU Online menandaskan bahwa ada sejumlah alasan mengapa mempersembahkan buku tersebut. "Para kiai Nahdlatul Ulama bisa membaca dan akhirnya tahu peristiwa sesungguhnya dari tragedi PKI," katanya melalui telepon selulernya, Senin pagi (7/4).
Buku itu juga akan bisa menjawab tuduhan sebagian kalangan yang telah menulis buku maupun liputan di media yang menyatakan bahwa kiai dan warga NU telah membunuh para pegiat PKI.
"Karena kalau berbicara korban peristiwa PKI, justru jumlah warga dan kiai NU yang meninggal lebih banyak," tandas Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah Surabaya ini. Akan tetapi fakta yang dikemukakan oleh simpatisan PKI justru sebaliknya.
"Dengan membaca buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" ini maka para pengurus NU akan sadar bahwa saat itu posisi para kiai sangat tersudut," lanjutnya.
Kiai Miftah sangat menyayangkan kalau fakta-fakta yang sebenarnya justru dihilangkan. "Yang sekarang muncul adalah pandangan bahwa para kiai dan ulama serta warga NU membunuh dengan membabi buta," ungkapnya.
Membaca buku ini, lanjut Kiai Miftah, akan memberikan pemahaman kepada para kiai khususnya anak cucu NU akan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.
Kiai Miftah juga menandaskan bahwa dengan fakta yang mengemuka, tidak pada tempatnya kalau kemudian NU menyampaikan maaf atas peristiwa tahun 1948 dan 1965 tersebut. "Karena pengucapan maaf adalah pengakuan bahwa kita telah melakukan kesalahan," terang Kiai Miftah. Dan banyak kalangan berusaha dengan sejumlah argumen agar NU dan kiai berkenan menyampaikan maaf atas peristiwa tersebut. "Padahal itu dilakukan sebagai legitimasi atas kesalahan yang dilakukan para kiai dan ulama NU," katanya.
Kendati demikian Kiai Miftah sangat terbuka kalau antara elemen bangsa dilakukan rekonsiliasi. Hal itu tentu saja membutuhkan nilai-nilai kesadaran dengan menjaga agar peristiwa serupa tidak terulang. Kejadian kemanusiaan tersebut hendaknya menjadi bahan refleksi bagi semua kalangan agar tidak terulang.
"Mari kita kubur peristiwa yang telah lewat dengan menjadi anak bangsa yang bisa memberikan maslahah untuk umat," pungkas Kiai Miftah.
Buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" berjumlah 208 halaman yang diterbitkan PBNU dan ditulis sejarawan NU yang juga Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Abdul Mun'im DZ, dengan editor Enceng Shobirin dan Adnan Anwar.
Buku ini menjadi suvenir pernikahan putri Kiai Miftah, Mauhibah Al-Lu'luiyah yang dipersunting Agus HM Syafiq putra dari KH Aniq Muhammadun dari Pati Jawa Tengah. Prosesi akad nikah dilangsungkan di mushalla pesantren setempat, Ahad (6/4). (Syaifullah/Mahbib)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua