Nasional TEROR DI SURABAYA

Indonesian Muslim Crisis Center: Pemerintah Harus Evaluasi Model Pendidikan

NU Online  ·  Ahad, 13 Mei 2018 | 10:45 WIB

Jakarta, NU Online
Peristiwa ledakan bom yang terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, pada Ahad (13/5) pagi menjadi perhatian berbagai pihak. Direktur Indonesian Muslim Crisis Center Robi Sugara meminta agar pemerintah mengevaluasi model pendidikan sejak usia dini.

"Dari segi aspek pemerintah, (ia) harus mengevaluasi model pendidikan sejak usia dini," ujarnya saat dihubungi NU Online, Ahad (13/5) sore.

Ia juga meminta agar masyarakat terlibat aktif dalam memantau kegiatan atau tokoh yang menyebarkan sikap intoleransi dan kebencian. "Karena dasar dari teroris itu intoleran dan rasa benci," katanya.

Tokoh agama yang dirujuk, menurutnya, mesti mumpuni ditinjau dari profil pendidikannya. Ia juga mengingatkan agar tidak langsung percaya terhadap sebuah kabar.

"Harus check and recheck dulu," ucapnya.

Peran orang tua, menurutnya, juga sangat penting. Pun dengan Ketua Rukun Tetangga (RT), Robi minta agar dapat menjaga lingkungan sekitarnya. Lebih khusus kepada pemilik kontrakan agar berhati-hati dalam menerima penghuni kosnya.

Robi menyebut kejadian itu karena keberadaan mereka cukup kuat di wilayah tersebut. "Ini berkaitan dengan keberadaan mereka. Yang paling kuat di wilayah Surabaya dan Malang. Surabaya karena kota terbesar kedua setelah Jakarta," katanya.

Ia menjelaskan bahwa jaringan teroris kerap kali terputus. Peristiwa penembakan mati terduga teroris di Cianjur dan ledakan bom di Surabaya di hari yang sama, menurutnya, spontanitas efek dari kerusuhan yang terjadi di Markas Korps Brigade Mobil (Mako Brimob), Depok, Jawa Barat, pada beberapa hari lalu.

"Jaringan teroris sering terputus. Kejadian Cianjur dan Surabaya bisa jadi spontanitas efek dari kerusuhan Mako," katanya.

Meskipun demikian, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengungkapkan bahwa kegiatan teroris selain mengebom, mereka merakit bom. Ia mengatakan bom di Surabaya adalah bagian dari perakitan itu. Sebab, perakitan merupakan bagian dari persiapan jihad yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

"Karena mereka yakin bahwa merakit bom, punya bom aktif dan senjata bagian dari i'dad. Sebelum jihad, wajib i'dad," pungkasnya. (Syakir NF/Mahbib)