Nasional

Indonesia Ladang Empuk Kelompok Islam Garis Keras?

NU Online  ·  Ahad, 1 April 2018 | 05:30 WIB

Indonesia Ladang Empuk Kelompok Islam Garis Keras?

Ilustrasi (Tempo)

Magetan, NU Online
Aksi kekerasan atas nama agama masih menjadi ancaman bagi masyarakat dan Negara. Bahkan, aksi teror yang dilancarkan kelompok ekstremis dengan landasan pemahaman sempit atas teks agama Islam.

Hal itu disampaikan Direktur Lembaga Kajian Islam Darul Fattah Ust. Achmad Solechan dalam Halaqoh Nasional Kebangsaan bertema “Mari Pererat Ukhuwah untuk Perkuat  Negara Bangsa", Sabtu (31/3) di Magetan, Jawa Timur.

Turut hadir sebagai narasumber Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Masdar Hilmy, Peneliti Darul Fattah Imdadun Rahmat, dan Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Ghofur Maimoen.

Achmad Solechan menuturkan, saat ini yang diperlukan adalah menggencarkan pemahaman bahwa Islam adalah agama perdamaian. Sebab, agama Islam sendiri telah mewarnai bangsa ini dalam merebut kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI.

"Potret hari ini bangsa kita sedang mengalami krisis identitas, kalau tidak di-manage bisa membahayakan Negara. Agama dipakai untuk kepentingan politik sesaat, pribadi, pragmatis, pemecah belah dan adu domba,” ujarnya.

Menurutnya, hadirnya media sosial juga turut memfasilitasi kian gencarnya ujaran kebencian dan hoaks menyebar luas. “Padahal, Islam agama damai yang mengedepankan akhlakul karimah. Mari kita perkuat ukhuwah Islamiyah dan wathoniyah untuk keutuhan NKRI," tambahnya di hadapan peserta dari perwakilan alim ulama, tokoh masyarakat, dan pemuda di Aula PPI Magetan, Jawa Timur.

Ladang Islam Radikal

Peneliti Lembaga Kajian Islam Darul Fattah Imdadun Rahmat mengatakan, Islam damai di Indonesia relevan untuk terus dibicarakan. Sebab, Indonesia merupakan ladang yang empuk bagi perkembangan Islam radikal. Mereka melakukan aksi kekerasan dengan mengatasnamakan agama Islam. 

"Bahkan, tren sepuluh tahun terakhir intoleran atau tindak kekerasan yang mengatasnakan agama Islam cenderung naik. Tentunya, kondisi ini berlawanan dengan ajaran Islam," jelas mantan wasekjen PBNU ini.
 
Imdad menambahkan, dalam sejarah bangsa Indonesia juga pernah mengalami masa munculnya kelompok yang ingin mendirikan Negara Islam seperti DI/TII dan lainnya. Termasuk gerakan dari luar negeri yang berasal dari Timur Tengah.

"ISIS, Al-Qaida, masuk ke Indonesia sudah bermetamorfosis menjadi MMI, JI dan lainnya. Padahal, bangsa Indonesia sendiri mengenal dengan Islam rahmatan lil alamin. Yaitu, Islam yang damai akan terus hidup lestari hingga akhir zaman," kata mantan anggota Kommas HAM ini.

Islam Agama yang Damai

Masdar Hilmy menjelaskan, Islam damai terdapat dalam teks Al-Qur'an dan Hadits. Menurutnya, banyak ayat maupun hadis yang mengajarkan cinta kasih, perdamaian, memaafkan, rekonsiliasi dan lainnya. 

"Islam bukanlah agama pedang dan perang. Dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia juga melalui sosio kultural dan budaya. Sehingga, Islam yang ada di Indonesia bercirikan dengan kedamaian dan keramahan," tuturnya. 

Hal senada diutarakan Pengasuh Ma’had Al-Anwar  KH Abdul Ghofur mengungkapkan bahwa dalam sejarah Nabi Muhammad sangat toleran dan penuh kasih sayang dalam menjalankan dakwahnya. Bahkan, lanjutnya, pada masa khalifah Umar saat memasuki Al-Quds di Palestina juga menjalin hubungan dengan non-Muslim dengan sangat baik. Umar membiarkan orang kristiani untuk membangun kembali gerejanya.

"Islam yang damai itu tidak hanya berlaku pada sesama Muslim saja. Tapi juga, pada semuanya seperti memberikan kedamaian dan kenyamanan saat menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Perlu diketahui, bahwa perbedaan adalah rahmat," tandasnya. 

Sementara itu, Ketua PCNU Magetan KH Mansur mengapresiasi acara tersebut. Ia menilai Islam dengan wajah damai sangat cocok dengan kondisi masyarakat dan bangsa Indonesia. Terlebih lagi, lanjutnya, tradisi NU telah mengakar di masyarakat sejak lama yang dibawa oleh Wali Songo.
              
Dalam acara tersebut sedikitnya 200 orang hadir. Di antaranya Ketua MUI Magetan KH Sofwan, tokoh masyarakat, perwakilan dari organisasi pemuda seperti Kokam, PMII, IPNU, IPPNU, dan lainnya. (Red: Mahbib)