Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Para dai dalam menyampaikan dakwahnya kerap tak lepas dari humor. Mereka memasukkan hal tersebut sebagai sebuah bagian dari materi dakwahnya. Komedian tunggal Sakdiyah Ma’ruf menyebut bahwa kehadiran humor penting dalam sebuah dakwah sebagai sarana mendekatkan agama kepada umat.
“Humor itu penting karena berpotensi untuk mendekatkan agama kepada umat, kehidupan, dan kemanusiaan. Niatnya itu dulu,” katanya saat menjadi narasumber pada Pelatihan Dai Milenial yang digelar oleh NU Online dan INFID pada Kamis (6/8).
Menurutnya, humor menjadi sebuah tuntutan dalam setiap ceramah atau konten keagamaan. Namun, hal tersebut juga perlu diperhatikan lebih dalam lagi, yakni humor yang seperti apa. “Untuk konten keagamaan itu dituntut ada humor, ya humor seperti apa?”
Pasalnya, humor, menurutnya, merupakan sesuatu yang berbahaya. Sebab, humor yang disampaikan dengan tidak bohong dan melecehkan. Humor juga, katanya, kerap digunakan oleh orang yang tertindas sebagai sebuah perlawanan. Di sisi lain, humor diidentikkan dengan kemampuannya yang mengeraskan hati.
Namun, Sakdiyah menegaskan bahwa humor bisa digunakan sebagai cara untuk menundukkan diri, melenakan, hingga menghaluskan budi.
Dakwah Islam, menurutnya, sesungguhnya kaya akan humor, menguatkan pembelajaran, dan mengandung banyak hikmah. Ia menyebut beberapa tokoh Islam yang dikenal humoris, seperti Nasrudin Hoja dan Abu Nawas.
“Dakwah bil hikmah ya dengan humor, kisah, dan dapat memahami sendiri ini dan itu dilarang,” jelasnya.
Masyarakat Muslim di Amerika Serikat, ia mencontohkan, menggunakan humor untuk melawan islamofobia. Artinya, humor bisa menjadi media untuk mempersatukan umat lintasagama ataupun lintasetnis.
Senada dengan Sakdiyah, Habib Husein Ja’far Al-Hadar juga mengatakan bahwa umat membutuhkan penyegaran dalam setiap konten keagamaan. Namun, kehadiran humor sebagai sebuah konten dakwah tentu tidak boleh kosong begitu saja.
Karenanya, ia juga mengingatkan haru hati-hati dalam melempar humor. Dai harus memastikan humor yang disampaikannya tidak akan melahirkan masalah. Sebab, humor yang tidak salah, katanya, belum tentu aman.
“Ketersinggungan itu subjektif. Jadi harus hati-hati. Bagaimana menggali humor yang mendalam sebagai gaya kita sehingga keluar. Itu khas,” katanya.
KH Zainuddin MZ, misalnya, yang kerap menyampaikan humor yang amat khas dalam setiap ceramahnya. Humor ala Betawi itu mungkin bisa dibawakan oleh orang lain, tetapi tentu pasti kurang. Orang Madura bisa membawakan humor dengan gayanya sendiri.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
6
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
Terkini
Lihat Semua