Nasional

Hoaks Kian Tersebar karena Dipandang Strategi Perang

Ahad, 22 September 2019 | 13:30 WIB

Hoaks Kian Tersebar karena Dipandang Strategi Perang

Simposium kebangsaan GP Ansor Kota Semarang di Aula Balaikota Semarang. (Foto: NU Online/A Rifqi H)

Semarang, NU Online
Isu keagamaan menjadi paling seksi, terlebih yang terkait agama, kepemimpinan, dan negara. Disebutkan, persebaran hoaks atau kabar bohong di media sosial telah membuat negara Syuriah rusak parah dari yang sebelumnya terkenal kemakmuran dan keindahannya. Kerusakan tersebut terjadi lantaran hoaks membuat kemarahan warga dan menjadi masuknya jaringan ISIS. 
 
Kondisi tersebut hendaknya tidak terjadi di Indonesia. Karenanya, media online dan media sosial harusnya dapat dikendalikan. Akan tetapi ironisnya, Kominfo belum melakukan pemblokiran.
 
"Ada banyak portal media yang menyebarkan hoaks tersebut sampai sekarang belum ditutup oleh Kominfo," kata penulis buku Daulah Islamiyah dalam Alquran dan Sunnah, M Najih Arromadloni.
 
Hal tersebut disampaikanya saat menjadi narasumber simposium kebangsaan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Semarang di Aula Balaikota Semarang, Jalan Pemuda 148, Kota Semarang, Jawa Tengah, Ahad (22/9). 
 
Selain itu, Gus Najih, membeberkan hoaks dan radikalisme berjalan dalam satu paket karena dianggap sebagai strategi perang. 
 
"Indonesia dianggap negara perang lantaran sistemnya tidak Islam. Karena itu berbohong diperbolehkan sebagai strategi perang," bebernya.
 
Pada kesempatan tersebut, Gus Najih juga mengingatkan, permainan teknologi kaum yang memperjuangkan khilafah memang sudah amat jauh. Salah satu organisasi misalnya, bahkan sudah memiliki karikatur yang jumlah subcribernya ribuan dalam sepekan release perdana. 
 
Dalam dua tahun berjalan, kini sudah jutaan. "Nusa dan Rara ini rencananya akan naik ke layar lebar," ungkapnya.
 
Hal senada diungkapkan oleh presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Farid Zamroni yang memaparkan fenomena hoaks dari sisi statistik, proses persebaran dan dampaknya. Selain itu, ia juga memberikan tips-tips mengenali hoaks, termasuk melakukan kroscek terhadap media online. 
 
Tugas Tim Cyber Ansor
Respons positif kegiatan tersebut nampak dari jumlah peserta yang mencapai lebih dari 500 orang. "Peserta membludak dari jumlah yang ditargetkan semula 150 peserta," kata Ketua GP Ansor Kota Semarang, Rahul Syaiful Bahri. 
 
Padahal, lanjutnya, acara tersebut digagas bersama tim Cyber Ansor Kota Semarang pekan lalu. Ternyata acara semacam ini sangat diminati generasi milenial. 
 
"Kita berharap tim cyber Ansor terus bergerak untuk mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme di dunia maya," ungkapnya.
 
Rahul berharap, Cyber Ansor yang telah memiliki saluran youtube dengan nama blendoek channel dapat memberikan nuansa tersendiri dalam bermedia sosial. Melalui akun resmi tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan atau klarifikasi dan pemahaman dalam praktik hidup bernegara. 
 
"Kita tidak boleh kalah dengan para perusak NKRI," tegasnya. 
 
 
Pewarta: A Rifqi Hidayat
Editor: Ibnu Nawawi