Nasional

Hindari Tekanan Psikologis, Perlu Modifikasi Aktivitas Anak di Tengah Pandemi

Jum, 20 November 2020 | 13:30 WIB

Hindari Tekanan Psikologis, Perlu Modifikasi Aktivitas Anak di Tengah Pandemi

Anak-anak perlu modifikasi belajar Daring agar tidak bosan. (Foto: NU Online/Faizin))

Jakarta, NU Online
Pandemi Covid-19 belum juga mereda sampai dengan saat ini. Bukan hanya sektor kesehatan, berbagai sektor kehidupan manusia ikut terdampak dengan adanya virus Corona yang pertama kali muncul di China ini. Corona juga terus menginfeksi manusia tanpa pandang umur. Mulai anak-anak, orang dewasa sampai dengan orang tua bisa sewaktu-waktu diterjang virus tersebut.


Bagi anak-anak, kesehatan dan pendidikan tumbuh kembang menjadi sisi yang paling terdampak. Di usia mereka yang seharusnya aktif mengembangkan sisi motorik dengan berinteraksi bersama orang lain melalui bermain harus dibatasi protokol kesehatan. Di samping itu faktor psikologis juga terdampak karena mereka mengalami kejenuhan, baik dalam belajar maupun beraktivitas.


Jadi harus ada penguatan dari sisi motorik dan psikologi khususnya dalam proses anak-anak mendapatkan pendidikan di tengah pandemi.


“Aspek edukasi bagi anak-anak, bukan hanya tugas, tapi aspek sosial dan interaksi dengan teman sebaya,” kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) NU Peduli Covid-19 dr Makky Zamzami kepada NU Online dalam momentum Hari Anak Sedunia, Jumat (20/11).


Ia menilai ada yang hilang dari pembelajaran di sekolah saat ini yakni komunikasi dengan teman sebaya. Untuk meminimalisasi hilangnya aspek komunikasi ini perlu adanya modifikasi cara pembelajaran Daring kepada anak-anak.


“Bisa dibuat metode pembelajarannya bukan hanya tugas tapi metode bermain dan berinteraksi via digital,” jelasnya tentang modifikasi pembelajaran untuk menghilangkan kejenuhan anak-anak di tengah pandemi yang sudah lebih dari setengah tahun belum juga reda.


Yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana energi anak yang umurnnya sedang berada pada level paling tinggi bisa tersalurkan. Jika anak berada di rumah saja maka itu akan terasa berat bagi mereka. Apalagi kedua orang tuanya tidak di rumah karena bekerja sehingga anak hanya bersama pengasuhnya saja.


Menurutnya perlu ada kedekatan dan keeratan dalam keluarga melalui kegiatan refreshing semisal keluar rumah bertemu dan berinteraksi dengan teman sebaya. Tentunya kegiatan ini harus dipastikan aman dari potensi penyebaran Corona.


“Ini akan menghilangkan kejenuhan sehingga psikologi anak akan lebih rileks dibanding dengan terus menerus belajar dan mengerjakan tugas,” ungkapnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aryudi A Razaq