Nasional

Haul KH Abdul Manan Dipomenggolo, Peretas Jejaring Ulama Nusantara

NU Online  ·  Kamis, 4 Agustus 2016 | 10:00 WIB

Pacitan, NU Online
Tidak banyak catatan riwayat hidup dan perjuangan KH Abdul Manan Dipomenggolo yang berhasil dikumpulkan. Padahal beliau mempunyai banyak kapasitas sebagai ulama besar. Selain pendiri Pesantren Tremas Pacitan, beliau juga peretas jejaring intelectual chains generasi ulama-ulama Nusantara.

“Sungguh sangat disayangkan, tokoh sehebat KH Abdul Manan Dipomenggolo riwayatnya terlewatkan begitu saja. Padahal bila diteliti lebih dalam, ketokohan dan peran KH Abdul Manan Dipomenggolo sangat luar biasa,” demikian disampaikan pengasuh Pesantren Tremas Pacitan KH Luqman Harits Dimyathi saat membacakan Manaqib dalam rangka peringatan Haul ke-147 dari wafatnya pendiri pertama Pesantren Tremas Al Magfurlah KH Abdul Manan Dipomenggolo di Makam Bukit Semanten Pacitan, Senin (1/8) lalu.

Kiai luqman mengatakan, sulit dibayangkan, KH Abdul Manan Dipomenggolo merintis pesantren sejak zaman kolonial Belanda (1830 M), namun hingga kini masih tetap istiqamah sebagai pusat peradaban keilmuan. Sehingga muncul pertanyaan,  sebenarnya tirakat apa yang pernah dilakukan oleh beliau sehingga pesantren yang didirikanya masih kokoh berdiri, keturunanya banyak yang menjadi ulama, seperti Syekh Mahfudz Attarmasi, Kiai Dimyathi dan Kiai Dahlan Al Falaki Attarmasi, hingga beliau diakui sebagai salah satu peretas jejaring ulama Nusantara.

“Hal ini yang harus terus direnungkan dan digali oleh generasi yang akan datang,” ungkap Katib Syuriyah PBNU itu.

Dihadapan ribuan peziarah, Kiai Luqman mengulas kembali tentang riwayat pendidikan KH Abdul Manan Dipomenggolo, yang diketahui pernah belajar di Pesantren Tegalsari Ponorogo dan di Universitas Al Azhar Mesir pada tahun 1850-an. Menurut catatan sejarah dari buku Jauh di Mata Dekat di Hati, Potret Hubungan Indonsia-Mesir, terbitan KBRI Kairo tahun 2010, KH Abdul Manan Dipomenggolo berguru kepada Grand Syeikh Al Azhar ke-19, Ibrahim Al Bajuri. KH Abdul Manan Dipomenggolo dikenal sebagai generasi pertama orang Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar Mesir. 

“Yang menarik untuk direnungkan disini, bagaimana cara dan usaha KH Abdul Manan Dipomenggolo hingga dapat mengenyam pendidikan di Al Azhar Kairo Mesir. Padahal waktu itu masih dalam masa penjajahan kolonial Belanda, bagaimana bisa seorang santri Pacitan, dari daerah yang sangat tertinggal dan jauh dari pusat peradaban, mampu belajar hingga ke universitas tertua di dunia itu,” kata Koordinator Gerakan Ayo Mondok itu.

Kiai Luqman menambahkan, kalau bukan karena sesungguhan dan kegigihan KH Abdul Manan Dipomenggolo untuk membangun peradaban pesantren di Pacitan khususnya Indonesia, tidak mungkin KH Abdul Manan Dipomenggolo dapat belajar hingga ke luar negeri, hingga memiliki reputasi keilmuan yang luas. Bahkan pengembaraannya dalam menuntut ilmu ke luar negeri akhirnya diikuti oleh putera dan cucunya, seperti yang paling masyhur, Syekh Mahfudz Attarmasi.

“Maka tidak bisa diragukan lagi keluasan ilmu yang telah diperoleh KH Abdul Manan Dipomenggolo. Sanad keilmuan yang dimiliki oleh KH Abdul Manan Dipomenggolo, kesemuanya bersambung hingga kepada Rasulullah SAW,” pungkasnya.

Dzikra Haul KH Abdul Manan Dipomenggolo berlangsung khidmat. Dihadiri oleh ribuan peziarah, yang terdiri dari para santri Pesantren Tremas Pacitan dan Pesantren Al Fattah Kikil. Tampak hadir para Kiai, seperti KH Fuad Habib, KH Muhammad Habib, KH Burhanuddin HB, KH Rotal Amin, Gus Muhammad Bin Kiai Harir Demak, Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo, dan para alumni dari berbagai daerah. (Zaenal Faizin/Zunus)