Nasional

Hadiri Simposium Nasional, Wamenag Harap PTNU Punya Pola Pikir Digital 

Rab, 29 November 2023 | 13:00 WIB

Hadiri Simposium Nasional, Wamenag Harap PTNU Punya Pola Pikir Digital 

Wamenag Saiful Rahmat Dasuki saat menghadiri Simposium Nasional Digitalisasi PTNU di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara. (Foto: dok LPTNU)

Jakarta, NU Online

Wakil Menteri Agama H Saiful Rahmat Dasuki berharap Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) mempunyai pola pikir digital. Sebab persentuhan lembaga pendidikan dengan perkembangan teknologi informasi saat ini makin tak terbendung. Saiful menekankan, PTNU harus cepat menyesuaikan diri dengan tidak hanya sebatas melakukan digitalisasi tanpa mengubah pola pikir digitalnya.


"Pola pikir digital melibatkan sikap, keyakinan, dan cara berpikir yang terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Digitalisasi bukan hanya sekadar mendigitalkan yang bisa didigitalisasi, tetapi juga mengubah pola pikirnya," ujar Saiful saat menghadiri Simposium Nasional Digitalisasi PTNU di Mercure Hotel, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (28/11/2023).


Ia menjelaskan bahwa pola pikir digital merupakan pola pikir yang memungkinkan seseorang atau organisasi untuk memahami dan memanfaatkan teknologi digital. Lebih dari sekadar kemampuan untuk menggunakan teknologi, pola pikir digital melibatkan sikap, keyakinan, dan cara berpikir yang terbuka terhadap perubahan dan inovasi.


"Jika digitalisasi itu ditunjukkan dengan mendigitalkan yang bisa didigitalisasi, seperti digitalisasi absen, digitalisasi buku, digitalisasi laporan, layanan digital dan sebagainya. Tapi pola pikir digital ini lebih fundamental, karena harus mempengaruhi pola pikirnya," kata Saiful Rahmat.


Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menekankan pentingnya kerja sama antara pemimpin dan perwakilan sivitas akademika PTNU. 


Menurutnya, Simposium Nasional Digitalisasi PTNU menjadi wadah bagi hampir 300 perguruan tinggi di bawah naungan NU untuk saling bertukar gagasan, pengalaman, dan praktik baik. Tujuannya adalah mewujudkan kampus NU yang senantiasa relevan dengan kebutuhan dunia global saat ini.


"Dalam menghadapi perubahan pesat di berbagai sektor, termasuk perkembangan teknologi, pergeseran demografi, pertumbuhan ekonomi, serta perubahan dinamika sosial dan budaya, perguruan tinggi harus mampu beradaptasi demi melahirkan sumber daya manusia unggul dengan kompetensi yang relevan," ujar Nadiem. 


Ia juga memberikan apresiasi terhadap upaya kampus-kampus di bawah naungan NU, termasuk terobosan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menurutnya, MBKM telah berhasil mengirim lebih dari 950 ribu mahasiswa Indonesia untuk belajar dan berkarya di luar kampus. 


Ketua Panitia Simposium PTNU Luthfi Hamidi melaporkan bahwa 32 rektor perguruan tinggi keagamaan negeri dan perguruan tinggi siap menjadi bapak asuh untuk bersama-sama dengan perguruan tinggi NU dalam mengembangkan kualitas mutu pendidikan di wilayah masing-masing.


"Menjadikan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama benar-benar sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini untuk membangun peradaban dunia," ujarnya.


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan Prof H Moh Mukri mengatakan bahwa digitalisasi kampus adalah salah satu bagian dari revolusi ilmu pengetahuan dan revolusi digital.


"Manajemen digitalisasi akan semakin memudahkan proses pengelolaan kampus yang terintegrasi dengan baik. Data-data bisa diakses oleh pihak manajemen dengan mudah sehingga aspek supervisi bisa dilakukan dengan  baik," kata Prof Mukri, Rektor UNU Blitar, Jawa Timur ini. 


“Untuk perguruan tinggi di lingkungan NU, digitalisasi kampus ini sangatlah penting, terutama pada saat ini perguruan tinggi NU saat ini sedang berkembang pesat,” imbuhnya.