Nasional

Habib Jindan Sampaikan Taushiyah Maulid Nabi PWNU Sumut

Ahad, 4 Januari 2015 | 07:15 WIB

Medan, NU Online
Habib Jindan bin Novel bin Jindan dari Jakarta menyampaikan tausiyah Maulid Nabi dalam acara istighosah yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara. Habib menjelaskan keteladaan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari serta keteladanan para ulama pewaris Nabi.<>

Istighosah telah terlaksana 30 Desember 2014 dalam rangka menyambut tahun baru 2015 dengan kegiatan maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor PWNU Sumut Jl. Sei Batanghari, Medan. Kegiatan ini diikuti lebih 200 jamaah yang berasal dari pengurus PWNU Sumut, warga NU di Medan sekitarnya dan jamaah majlis taklim Darusshofa Medan. Kegiatan dimulai dengan melaksanakan shalat maghrib berjamaah, tanya jawab keislaman, tausiyah maulid dan doa istighosah.

Habib Jindan bin Novel menjelaskan secara detail seluk beluk akhlak Nabi Muhammad sehari-hari sehingga para pendengar merasakan kehangatan dan kedekatan dengan sosok Nabi Muhammad sebagai suri tauladan yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Habib Jindan berpesan, bahwa setelah baginda Nabi Muhammad tiada maka panutan umat seharusnya adalah ulama sebagai warisatul anbiya (pewaris Nabi). Menurutnya, para ulama di mana pun dan kapan pun harus menjunjung tinggi ajaran Nabi Muhammad sehingga umat tidak sesat akibat adanya orang-orang yang pura-pura seperti para ulama yang tidak meneladani kehidupan Nabi Muhammad.

Sejalan dengan pesan Habib, dalam sambutan acara dari Wakil RAis PWNU Sumut KH Imron Hasibuan menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang didedikasikan oleh para ulama untuk umat sehingga para ulama senantiasa berkhidmat demi kebaikan umat.

“Tidak ada ulama yang menyesatkan umatnya dan selalu berusaha menunjukkan jalan kebaikan kepada umat dalam mengarungi kehidupannya di dunia, namun tidak saja berkaitan dengan urusan dunia, termasuk dalam urusan akhirat yang berkaitan dengan seluk beluk ibadah,” ungkap KH. Imron Hasibuan.

IA juga menegaskan bahwa NU sebagai organisasi para ulama dan sesuai dengan khittahnya tidak boleh digunakan sebagai sarana politik. “NU bukan organisasi politik, padahal politik sarat dengan kepentingan dan tujuan sesaat, makanya NU harus di atas politik, yaitu membawa nilai-nilai universal Islam dalam politik dan membawa kebaikan bagi semua manusia,” katanya.

Hadir dalam kegiatan ini Wakil Rais KH Abdul Baits Nasution yang juga Pimpinan Pesantren al-Ikhlas, Madina, para pengurus dari jajaran syuriyah dan tanfidziyah, KH. Asnan Ritonga, KH. Abdul Hamid Ritonga, KH. Hamdan Yazid, H. Ali Jabbar Napitupulu, Abrar M. Dawud Faza, H. Mhd. Hatta Siregar, H. Adlin Damanik, H. Enda Mora Lubis, H. Khoiruddin Hutasuhut, Emir el Zuhdi Batubara, H. Sorimonang Rangkuti dan lainnya.

Wakil Rais KH Abdul Baits Nasution menyebutkan bahwa untuk tahun 2015 dan seterusnya PWNU Sumut sudah berbenah diri sebagai organisasi kemasyarakatan yang mandiri dan profesional, terbukti pada tahun politik 2013 dan 2014 PWNU Sumut dapat menunjukkan independensinya di tengah kancah politik yang sarat dengan kepentingan-kepentingan.

“Saya dan nahdliyyin-nahdliyyat Sumatera Utara dapat berbangga dengan izin Allah, selama tahun 2013 dan 2014 yang lalu tidak ada satu pun pesta politik yang membawa simbol atau identitas NU untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Tentunya ini membanggakan dan meningkatkan martabat dan wibawa NU di tengah-tengah masyarakat kita,” ungkapnya.

Acara diakhiri dengan doa istighosah yang dipimpin Wakil Rais PWNU Sumut KH Hamdan Yazid untuk persatuan, perdamaian dan peningkatan kesejahteraan umat dan bangsa Indonesia pada tahun-tahun selanjutnya disertai dengan permohonan ampun kepada Allah agar dosa-dosa yang ada diampunkan dan diberikan perlindungan-Nya dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. (M. Dawud Faza/Anam)