Nasional

Gus Yusuf: Mengaji Tanpa Riyadhah, Percuma

Rab, 6 September 2017 | 08:37 WIB

Magelang, NU Online
Selain belajar, para santri di berbagai pesantren di Indonesia banyak diajarkan riyadhah atau riyalat/tirakat. Riyadhah merupakan olah batin, sebuah pendidikan karakter dalam mengendalikan hawa nafsu.

KH Yusuf Chudlori, salah satu pengasuh Pesantren API Tegalrejo Magelang Jawa Tengah saat ditemui NU Online di Magelang (2/9) menjelaskan satu kutipan dari Imam Al Ghazali yang mengibaratkan nafsu berkedudukan seperti kuda.

"Nafsu itu seperti kuda liar. Kalau kamu bisa mengendalikan, kuda itu akan bisa kamu tuntun, kamu naikin. Sebaliknya, jika tidak bisa kamu kendalikan, kamu yang akan diseret kuda itu." kata putra KH Chudlori ini.

Nah, lanjut Gus Yusuf, kuda itu perlu dicambuk supaya bisa tunduk. Nafsu juga demikian. Ingin tidur ditahan supaya tetap terjaga, siang ingin makan, tidak diikuti. Jangan malah dibebaskan. Kalau bisa dikendalikan, ilmu yang akan menunggangi nafsu. Karena nafsu itu sesuatu yang telah digariskan oleh Allah. Ada ammarah, lawwamah. Dengan riyadlah itulah kita menuntun nafsu.

Di Pesantren Tegalrejo, tirakatan bagi para santri sangat terasa. Mulai dari puasa Senin-Kamis hingga ngrowot, yaitu riyadhah menghindari makan nasi dalam rentang waktu yang telah ditentukan, bisa setahun, tiga tahun dan seterusnya.

Menanggapi hal tersebut, pemilik akun instagram @yusuf_ch ini menyatakan, riyadlah yang demikian bukanlah hanya kebutuhan santri yang ia asuh, namun semua pesantren meski dalam praktiknya menggunakan cara yang beragam.

Gus Yusuf mencontohkan Pesantren di Sarang, Rembang. Di sana santri kesusahan mencari air, itu merupakan sebuah tirakat tersendiri. Atau pesantren KH Zainudin Mojosari Nganjuk yang justru melarang santrinya tirakat. Semua tirakat ditanggung kiainya. Namun lulusan pesantren sana jadi orang-orang hebat. Seperti KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Djazuli Usman Ploso dan KH Mahrus Ali Lirboyo. "Itu alumni sana semua," tandas kiai muda ini.

"Orang mengaji sepintar apa pun, jika tidak ada riyadlahnya, percuma ilmunya. Karena nanti ilmunya akan ditunggangi oleh hawa nafsu."

Gus Yusuf mencontohkan, kenapa banyak profesor, doktor, kemudian ngeshare hoaks. Itu karena mereka orang pintar yang dikuasai hawa nafsunya. Kebencian pada seseorang telah mengalahkan akal sehat mereka.

Dengan demikian, katanya, tirakat atau riyadhah merupakan hal yang sangat penting untuk melatih pengendalian hawa nafsu. Aneka macam bentuk tirakat tersebut dapat menjadi rujukan bahwa ragam khazanah corak warna pesantren di Indonesia sangat banyak. Masing-masing dari meraka memiliki maziyyah (keistimewaan) yang tidak saling kalah hebat. Kita tinggal pilih yang mana. (Ahmad Mundzir/Mahbib)